Tuesday, June 6, 2017

ISENG-ISENG NONTON FILM INDIA, EH BOLEH JUGA !



       Mulanya sih tidak begitu tertarik nonton film India. Tapi ketika sang cucu merebut dan menguasai pesawat tv jadul kami yang cuma satu-satunya, mau tidak mau kami ikutan juga nonton. Film pertama, Thapki. Menarik juga, sebuah film menggambarkan perjuangan seorang  gadis  cantik yang gagap, atau yang disebut disabilitas menurut istilah keren masa kini.
     Perasaan simpati, prihatin dan dan kagum muncul ketika menyaksikan bagaimana  kesabaran  gadis ini menghadapi segala penistaan, ejekan dan perlakuan kasar dari orang-orang sekitarnya. Namun, selain keluarganya,  ada juga orang-orang yang  bersikap baik dan ramah dan berusaha membantunya.
Hanya sayang, pada penayangan-penayangan selanjutnya mulai muncul dialog dan adegan-adegan yang kurang etis bahkan tidak mendidik untuk ditampilkan di muka umum. Seperti tipu-menipu, racun-meracuni,  caci-mencaci bahkan sampai culik-menculik. Itulah mungkin sebabnya maka film ini akhirnya menghilang  begitu saja dari layar televisi.
Ada lagi film Mohabatein. Konon kabarnya, film inilah yang paling laris di India. Hampir sama dengan dengan film Thapki, mulanya juga menceriterakan perjuangan seorang ibu yang divonis tak bisa melahirkan anak alias mandul, tetapi ingin sekali memliki seorang anak.
Semula,  film ini lumayan menarik juga. Dibumbui dengan adegan-adegan cinta romantis disertai dialog-dialognya yang kocak. Tetapi lama-kelamaan, adegan-adegannya berubah menjadi seperti yang tidak-tidak saja. Tetek-bengek masalah-masalah keluarga sehari-hari,  tidak menentu lagi arahnya sehingga penulis akhirnya tidak tertarik lagi mengikutinya.
Tapi untunglah ada film lain, Anandhi,  yang kini masih tetap ditayangkan di televisi. Sejauh adegan-adegan yang telah ditayangkan, film ini cukup bagus. Temanya, pembaharuan. Mirip-mirip dengan perjuangan Raden Ajeng Kartini. Bahkan, dengan jujur dikatakan, lebih lengkap  dan tetap up to date untuk masa kini.  Perjuangan seorang gadis bernama Anandi memberantas keterbelakangan dan tradisi-tradisi kuno.
Sutradaranya saya pikir seorang yang brilian. (Ini bukan promosi bayaran, tapi kalau yang bagus memang pantas dipuji). Bukan saja memberantas buta huruf sampai-sampai penggunaan komputer mutakhir. Juga memberantas praktek pernikahan dini secara paksa, perlakuan tidak manusiawi terhadap menantu perempuan.
Ia juga  melawan perlakuan tidak adil pengusaha-penguasa kaya terhadap rakyat kecil. Menentang  praktek-praktek kekerasan, sampai-sampai iapun nyaris menjadi korban.  Anandi juga mendirikan sekolah, mendorong pembangunan rumah sakit, mengajar ibu-ibu berorganisasi  dan menyadarkan akan hak-hak azasi mereka.
Selain itu ada juga adegan-adegan cara berpolitik yang benar dan salah. Misalnya dalam pemilihan Kepala Desa dan legislatif. Ada kampanye hitam, jelek-menjelekan, memutar-balikan fakta, berita bohong bahkan sampai  adu fisik.
Penayangannya tepat pada saat-saat panas-panasnya kegiatan Pilkada di DKI Jakarta, sehingga penulis sempat terpikir apakah shootingnya ini bukan berlokasi di Jakarta ?
Pengambilan gambar, mimik para pemain yang serba pas dan  juga  tata suaranya cukup pas. Peralihan dari satu penayangan ke penayangan berikutnya juga cerdik. Pada saat-saat  suasana menegangkan,  dan penonton ini tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, tayangan diputus sehingga penonton tetap tertarik untuk menonton episode berikutnya.
Yang perlu juga disimak dan cukup mendidik, adalah proses pengambilan keputusan dalam setiap masalah yang rumit. Ada diperlihatkan  contoh  pengambilan keputusan yang ceroboh lalu kemudian pengambilan keputusan yang bijaksana.
Satu hal lagi. Banyak dipertontonkan sifat sportivitas. Orang-orang tua sampai nenek-nenek tidak sungkan-sungkan meminta maaf kepada yang muda-muda kalau merasa salah. Demikian juga cara mendidik, bagaimana menghadapi anak yang nakal atau berbuat salah. Tidak cepat-cepat memarahi atau menghukum. Tetapi dimulai dengan menyatakan simpati lalu kemudian  secara bertahap dengan lemah-lembut mengajaknya berdialog sampai menyadari kesalahannya. Meskipun ada juga penyalahgunaan kekuasaan oleh para penegak hukum, namun proses peradilan yang dalam beberapa kasus, patut menjadi contoh. Hakim yang tegas, berwibawa, obyektif  dan adil.
Melihat segi-segi positif dari film ini, maka adalah baik bila ditonton  lebih banyak orang. Aagar bisa introspeksi diri. ***

No comments:

Contact Form

Name

Email *

Message *