Tuesday, June 20, 2017

KETIKA DOGGY DAN DOLLY MENDENGAR AZAN




SSuatu pagi, ketika Opa dan Oma baru membuka warung, tiba-tiba  para penghuni rumah di seberang jalan, keluar berlarian. Ada yang membawa tongkat, batang kayu dan bambu runcing.
Rupanya mereka mengejar  anak anjing yang kesasar ke halaman rumah mereka. Entah siapa pemilik anak anjing itu. Dan bagaimana sampai  berada disitu mereka tidak tahu.
Opa segera ikut membantu. Tetapi sambil meminta agar tidak dengan kekerasan. Opa lalu berjalan perlahan-lahan ke arah hewan malang itu. Ia memanggilnya dengan suara yang biasanya dipahami anjing-anjing pada umumnya.
Nampak mulai ada yang menongolkan kepalanya.Maju perlahan-lahan dari tempat persembunyiannya diantara tanaman-tanaman pagar. Masih kecil, tidak lebih besar dari kucing dewasa. Opa lalu meraih dan menggendongnya ke warung. Anak anjing itu seperti pasrah saja. Tidak meronta. Tetapi masih tetap menggigil ketakutan. Opa mengusap-usap kepalanya untuk menenangkan. 
Rupanya ada dua ekor. Yang seekor lagi sudah  menyeberang  jalan besar dan masuk berlindung ke warung. Oma mendekati dan memanggilnya dengan suara rendah  kemudian menggendongnya..
 Supaya tidak  mengganggu para langganan warung,  kedua anak anjing itu akan dibawa pulang ke rumah. Kebetulan rumah Opa-Oma tak berapa jauh. Dalam kegiatan sehari-hari, Opa memakai sepeda motor.
Bagaimana  membawa dua anak anjing sekaligus sambil menyetir motor ?.  Oma tak dapat menemani karena harus  tetap melayani para pembeli di warung. Kalau ada kandang mungkin bisa disatukan.
Maka Opa mengantar mereka satu persatu. Ia memasukkan     salah satu anak anjing itu ke dalam kardus dan membawanya pulang. Di rumah langsung dimasukkan ke dalam kandang kawat, lalu balik  mengambil yang satu lagi.
Sudah itu, Opa memeriksa lagi dengan  teliti anak-anak anjing itu. Mungkin ada yang luka. Atau ada kutu anjing.  Oh... perut mereka kempis. Mereka lapar.  Maka Opa pun memberi mereka makan. Setelah makan,  Opa memandikan dan membersihkan mereka. Kelihatan mereka  mulai tenang.
Rupanya anak anjing itu satu jantan dan satu betina. Yang jantan  kami beri nama Doggy. Ia cepat besar dan tinggi. Berbulu agak tebal. Tampangnya lebih garang. Dia jarang menggonggong tapi suaranya besar. Seperti seruling kapal, kata Opa. Dia baru menggonggong kalau melihat ada orang tak dikenal. Atau ada hal-hal yang dianggap aneh..
Perilaku Doggy seperti ingin bebas. Cenderung tak mau diatur. Tidak senang dipasangi rantai atau dikurung dalam kandang. Kalau mau dikurung dia marah. Kalau tali rantainya melilit kakinya, ia sangat marah. Ia mengingit-gigit rantainya  sampai gusinya luka berdarah.
Yang paling merepotkan kalau dia sakit. Diselipkan obat atau dicampurkan dalam makanannya, ia menyingkirkannya. Tidak mau makan. Maka terpaksalah Opa memberinya secara paksa. Sambil berdiri, Opa menjepit badan si Doggy di antara lututnya, kemudian membuka mulutnya dengan kedua tangan, lalu Oma membantu memasukkan obat.
Cara ini membuat si Doggy tidak senang dengan Opa.  Kalau Opa mendekatinya, ia mengeram. Ia memperlihatkan gigi-giginya. Karena itu Opa selalu membawa tongkat kalau mau melewatinya. Biasanya
Doggy merunduk dan diam saja. Mungkin takut juga kalau dipukul.
Lain  dengan  si betina yang kami beri nama Dolly. Dia rupanya hanya anjing biasa. Atau yang biasa juga disebut “anjing kampung”. Tubuhnya tetap kecil. Demikian juga suaranya. Tetapi gonggongan dan lolongannya, minta ampun. Membuat bising berkepanjangan, memaksa orang  harus menutup kuping. Apalagi kalau Doggy mulai ikut-ikutan dengan mulut besarnya.
Dolly lebih penurut.  Meski sering dimarahi karena gonggongannya yang melampaui batas, namun ia tidaklah pendendam. Bila kami baru pulang sehabis  bepergian, ia  senantiasa  menyambut dengan sukacita. Nampak dari gonggongan, gerakan ekor, telinga dan sorot matanya. Bahkan bunyi kendaraan Opa saja dia sudah kenal. Dari jauh sudah menggonggong.
Untuk mengurangi kejenuhan mereka karena diikat, Opa dan Oma kadang-kadang membawa mereka keluar jalan-jalan. Biasanya di waktu subuh. Saat itu masih jarang orang keluar rumah. Mereka sangat senang diajak jalan-jalan. Berlari, menarik tali ke kanan ke kiri. Mereka mencium kesana-kemari, seperti memeriksa segala hal yang menarik perhatian mereka.
Namun, karena sifat di Doggy yang agak berbahaya, khawatir lepas dan menggigit orang, maka talinya ditambah satu lagi. Jadi dua. Kalau satu putus masih ada satu lagi.. Apalagi sudah pernah dua kali si Doggy  lepas.  Talinya putus dan sesaat ia  tak terkuasai. Untung ada juga sifat baik si Doggy. Waktu Opa memanggil dia sambil duduk jongkok , ia terus datang lalu diikat kembali. Tidak seperti Nuvo dahulu. Kalau tahu terlepas, ia terus lari menikmati kebebasannya. Dipanggil-panggil, seperti tidak peduli. Bila diikuti, malah tambah lari. Mungkin mengira ia ditemani. Menyebalkan...! Namun beberapa jam kemudian, Nuvo balik sendiri setelah puas berkeliling.

Ketika Azan
      Ada kebiasaan Doggy dan Dolly  yang belum pernah kami temukan pada anjing-anjing lain. Ketika mereka mendengar azan, mereka melolong.  Tidak pilih-pilih. Siang ataupun subuh.        
       Badan si Dolly memang kecil. Tapi gonggongannya berkepanjangan dan membuat bising. Seperti ayam ramai berkotek sehabis bertelur. Sedang si Doggy, meski hanya ikut-ikutan menggonggong, tapi suaranya amat besar. Seperti bunyi seruling kapal besar. Gonggongan dan lolongan si Dolly Ini membuat Opa dan Oma agak cemas. Khawatir warga sekitar yang masih tidur terganggu. Selain itu  lolongan mereka  dapat pula mengganggu kekhusukan jamaah yang  sembahyang di Mushollah. Musholahnya hanya sekitar satu dua meter dari rumah. Bahkan tiang penyanggah pengereras suaranya pernah diikatkan di tembok rumah Opa-Oma..
Dolly dan Doggy sering dimarahi bahkan ditakut-takuti Opa mau dipukuli.  Tetapi mereka  tetap  saja  mengulanginya.  Apakah  warga atau jamaah nanti akan menegur kami ?, pikir Opa. 
     Ya, masalah ini rupanya memang menjadi perhatian banyak orang. Bahkan pernah jadi pokok pembicaraan ibu-ibu pengajian di Musholah. Kata Oma, ia dapat mengikuti diskusi itu karena dipancarkan melalui pengeras suara. Semula ia was-was. Akankah mereka akan minta supaya Dolly dan Doggy disingkirkan ? Tapi kemudian Oma lega. Ustad malah mengatakan, seharusnya itu menjadi peringatan bagi setiap Muslim ! Untuk selalu ingat waktu sholat. Anjing saja tahu dan taat.
Ketika Opa-Oma pindah ke Cimanggis, kebiasaan Doggy dan Dolly tak berubah. Opa lebih khawatir lagi. Apalagi Doggy dan Dolly makin sensitif saja. Setiap mendengar suara orang lain, bunyi mobil tetangga masuk atau keluar, bunyi pintu pagar di buka tutup dia, menggonggong. Mendengar Opa-Oma bercakap-cakap dengan tetangga, mereka  juga menggonggong dan menggonggong. Membuat bising. Kucing, tikus lewat, mereka menggonggong. Menyebalkan.....
Dahulu  di Bogor, tak begitu mencemaskan. Rumah-rumah di sana masih agak berjauhan. Tapi kini di kompleks perumahan. Dikelilingi beberapa blok. Ada tiga mesjid besar di sekitar kompleks. Kalau suara azan melalui pengeras-pengeras suara itu terdengar di waktu subuh, Doggy-Dolly ikut juga melolong.
Kalau dimarahi atau ditakut-takuti, mereka memang berhenti. Tapi hanya sesaat. Mereka seperti serba salah. Opa pernah memakaikan berangus pada mulut mereka, tetapi mereka bisa melepaskannya. Karena kesal, suatu ketika mulut mereka diikat dengan tali sampai tak bisa membuka mulut. Tapi lagi-lagi, mereka dapat membukanya dengan menggunakan cakar kaki mereka.
 Pernah pada waktu subuh, Opa terkejut  mendengar lolongan mereka. Kelewat keras sehingga membuat Opa marah. Karena bisa juga membangunkan para tetangga. Apalagi mereka ada di lantai atas karena di lantai dasar  tak ada tempat lagi.
Yang menjadi sasaran kemarahan Opa pertama-tama si Dolly. Karena dialah yang selalu memulai berulah. Kemudian Doggy ikut-ikutan. Maksud Opa hanya mau menjewer moncong si Dolly dengan tangannya. Tapi karena masih agak gelap, rupanya mengenai telinga. Itu baru diketahui Opa pada pagi harinya. Daun telinga kiri Dolly membengkak. Pantas subuh itu ia melengking agak lama. Rupanya sangat kesakitan. Opa berupaya mengeluarkan darah hitam dari daun telinganya yang bengkak lalu mengobatinya dengan ramuan tradisonal. Daun telinga Dolly pada akhirnya sembuh juga meskipun jadi kuncup.
Opa menyesal telah kelewatan menyakiti Dolly. Doggy- Dolly juga jadi salah tingkah. Meski tak berani bersuara bila diawasi, tapi tangan Dolly seperti menggapai-nggapai.Terlihat ada keinginan amat sangat   untuk mololong mengikuti bunyi azan. Tapi  takut melihat Opa.  Lama-lama Opa merasa kasihan juga. Maka mulai saat itu Opa tidak lagi memarahi dan membiarkan saja mereka melolong  bila mendengar suara azan. Kata Opa, anggap saja mereka ikut beribadah. Dan apabila ada tetangga yang protes, Opa sudah siap dengan jawaban untuk membela mereka.
Pernah beberapa hari Dolly tidak mau makan. Apakah sakit ? Nampaknya tidak. Atau puasa ?  Mungkin juga. Adakah hubungannya dengan sikapnya menyambut azan ?.
Pertanyan-pertanyaan ini kemudian terjawab. Ketika diberi makan dengan kuah dan lauk daging sapi ia melahapnya sampai habis. Tetapi ketika hari berikutnya hanya diberi makan tanpa lauk atau hanya dengan ikan, lagi-lagi ia tak mau makan. Dan waktu diberi lauk daging, ia mau makan lagi. Oh... rupanya si Dolly ini, mulai bertingkah. Maunya hanya makanan enak-enak saja...
Maka sejak itu, kalau Opa melihat Dolly tak mau makan, maka Opa menyuapkan makanannya dengan paksa. Opa membuka mulut si Dolly dengan tangan kirinya, mendongakkan kepalanya ke atas, kemudian tangan kanannya mencekokin makanan ke mulutnya. Dolly berusaha mengeluarkannya. Tapi Opa memaksakan untuk menelannya, sambil berkata : “ Dolly, daging sapi masih mahal.     Masih seratus ribu lebih tahu ?? Enak aja lu mau daging melulu.. Opa berkelakar sambil menertawai Dolly.  
 Opa dan Oma pernah  berpikir untuk melepaskan Doggy-Dolly agar hidup bebas. Tapi apa resikonya ? Mereka bisa saja membahayakan dan menggigit orang !! Lalu keselamatan mereka sendiri ??  Mereka  bisa  dikejar-kejar  orang  lagi    bahkan dihabisi. Nyatanya banyak orang   yang tidak menyukai anjing. Entah karena takut terkena gigit atau menganggap mereka sebagai binatang najis.
Lalu akankah mereka dibuang  lagi ? Bukankah dahulu mereka diselamatkan dari ancaman kekerasan ? Dan mungkin setelah dibuang pemiliknya ? Tidak. Opa-Oma tidak tega melakukannya. Opa-Oma sepakat untuk tetap memelihara mereka.
Ada tetangga menganggap perilaku Doggy dan Dolly ini lain dari yang lain. Dan cukup menarik. Maka ia meminta ijin untuk mendatangkan cameramen televisi mengambil gambar dan merekam lolongan si Doggy dan Dolly mengikuti azan. Tapi Opa bilang, itu akan  sulit. Biasanya mereka malah ribut dan menggonggong bahkan mau menyerang orang yang tidak dikenalnya. Maka apa yang dapat dilakukan, hanyalah Opa membantu merekamkan  suara mereka.  (Aditya)

No comments:

Contact Form

Name

Email *

Message *