Monday, June 5, 2017

MENERIMA IDEOLOGI PANCASILA DENGAN TULUS



Dengan Peraturan Presiden No.54/2017 tanggal 19 Mei 2017 Presiden Jokowi telah menetapkan pembentukan Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasia. Ditengah adanya ancaman masuknya ideologi asing dari luar, serta munculnya suara-suara dari dalam negeri yang menghendaki penggantian ideologi negara Pancasila, maka kebijakan presiden ini tepat.
Hanya masih perlu dikaji lagi konsep dan pelaksanaan pembinaan ideologi dimaksud. Jangan sampai terjadi seperti nasib  Penataran P4 ( Pedoman Pelaksanaan dan Pengamalan Pancasila) sebelumnya yang telah mengeluarkan banyak biaya negara. Terbukti kini hasilnya mengecewakan.  Bayangkan, hampir seluruh warganegara dari pejabat-pejabat tinggi  sampai warga di kampug-kampung diwajibkan mengikuti penataran P-4. Dari bawah ke atas, ada Type C, Type B sampai Type A di tingkat tokoh-tokoh nasional.
Hampir dapat dipastikan para mantan menteri atau tokoh-tokoh nasional tingkat tinggi yang kini meringkuk dalam penjara adalah pemegang sertifikat Penataran P4 Type A. Padahal mestinya mereka diharapkan menjadi tokoh-tokoh Pancasilais, yang mempunyai nasionalisme tinggi dan mencintai bangsanya. Menjadi tokoh teladan anak bangsa.
Tetapi nyatanya mereka menjadi perusak dan perampok kekayaan negara. Lebih mementingkan diri sendiri atau kelompoknya ketimbang kepentingan rakyat banyak.  Lihat jugalah di lembaga legislatif dan lembaga peradilan.
Ke depan perlu diadakan standar evaluasi untuk mengukur keberhasilan atau efektifitas dari program ini.  Beberapa diantaranya mungkin nasionalisme, kecintaan akan Tanah Air dan siap jadi Pembela Tanah Air. Termasuk Tanah Air adalah bumi dan air negeri ini, seluruh rakyatnya dan kekayaan alamnya. PTA bukan hanya dari kekuatan asing dari luar, tetapi juga dari dalam. Seorang PTA harus memandang keji perbuatan korupsi, perusak lingkungan hidup, perlakuan tidak adil kepada orang-orang lemah. Seluruh rakyat harus menjadi pengawas bagi sesamanya. Mencegah orang melakukan perbuatan yang merugikan Tanah Air sesuai peraturan yang berlaku.  Tentunya semua ini harus mulai dari diri sendiri.
Warganegara yang melakukan perbuatan-perbuatan tercela diatas harus dianggap a-nasional. Kalau bisa dideportasi, dideportasi. Kalau tidak, dikucilkan sampai tobat.
Dengan menjabarkan standar-standar evaluasi ini, maka pada periode tertentu dapat dilihat : apakah ada penurunan korupsi ? Adakah penurunan perusakan lingkungan di negeri ini ? Adakah penurunan pelanggaran HAM ? dst.
Dalam pelaksanaannya perlu dikaji metode, jalur, media dan pelaksana pembinaan. Jangan  sekali-kali ditunjuk orang-orang yang tak bereputasi baik. Lebih utama melihat rekam jejak  kelakuan para pembina daripada titel-titel atau keahliannya. Jangan nanti ada lelucon :  maling mau membina orang untuk tidak maling”.
Pembinaan hendaknya tidak dilakukan seperti ujian sekolah. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan dengan jawaban-jawaban pilihan. Tetapi lebih kepada uraian lisan atau tertulis yang keluar dari hati dan penghayatan setiap  peserta binaan. Mengapa ia dapat menerima Pancasila sebagai ideologi negaranya.
Alasan yang   pertama-tama, dapat dicari dari sudut keyakinan agamanya. Karena agama yang dianut seseorang banyak mempengaruhi pandangan hidupnya. Mengapa dapat menerima ke lima sila dari sudut keyakinan agamanya.
Misalnya sebagai seorang penganut Kristen dapat  menguraikan sbb :
Menerima Sila pertama : Ketuhanan Yang Maha Esa karena :
1.      Sangat sesuai Nats Alkitab : Markus 12 : 29 “ Jawab Yesus : Hukum yang terutama ialah : Dengarlah  hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa.
2.      Markus 12 : 32 b  ...”bahwa Dia  esa dan bahwa tidak ada yang lain kecuali Dia.
3.    Ulangan 6 : 4 Dengarlah, hai orang Israel, TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa.
4.      Yesaya 45 :5a : Akulah TUHAN dan tidak ada yang lain; kecuali Aku tidak ada Allah.
5.      Ulangan 4 : 35a : Engkau diberi melihatnya untuk mengetahui, bahwa Tuhanlah Allah, tidak ada yang lain kecuali Dia.
Menerima Sila kedua, Kemanusiaan yang adil dan beradab, karena :
1.      sangat  selaras dengan pesan-pesan firman Tuhan yang menghendaki untuk saling mengasihi sesama manusia. Bahkan mengasihi sesama manusia itu disatukan dengan perintah kewajiban mengasihi Tuhan sebagai hukum pertama dan terutama.( Matius 22 : 37-40). Ayat 39 : Dan hukum yang kedua yang bersama dengan itu (mengasihi Tuhan) ialah Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.
2.      Banyak ayat-ayat lain yang memerintahkan untuk mengasihi sesama manusia seperti menolong orang sakit, lapar, tersisih, terpenjara, terhukum di penjara, tidak memberi kesaksian palsu kepada sesama. Bahkan kalau untuk kebaikan, diijinkan manusia mengabaikan sementara bagian-bagian tertentu dari Dasa Tita seperti  Hukum Sabat. Misalnya untuk menolong orang kecelakaan dan memotong gandum saat kelaparan. Ditegaskan, “Hari Sabat diadakan untuk manusia, bukan manusia untuk hari Sabat” ( Markus  : 27)
Menerima Sila ketiga : Persatuan  Indonesia, karena : banyak ajaran-ajaran Alkitab yang menganjurkan hidup rukun dalam kebersamaan,kedamaian, kerukunan. (Mazmur 133:1-3)
             Dalam Alkitab memang tidak ditemukan kata bentukan “Persatuan”, tetapi yang banyak adalah “kesatuan” atau kata dasar “satu”. Tapi maknanya tetap mengandung arti keutuhan. Satu atau kesatuan itu dalam Alkitab umumnya menyangkut  kesatuaan Roh antara   Allah Bapa, Yesus Kristus, dan Roh Kudus dengan umat (GerenjaNya) yang tak terpisahkan (Yohanes 17 :21-23).
              Pada bagian lain, makna kesatuan itu digambarkan dalam sosok manusia yang utuh. Ada kepala, ada kaki dan tangan dan bagian-bagian tubuh lainnya. Meskipun banyak anggota atau bagian dengan bentuk dan fungsi yang berbeda-beda tetapi semuanya tetap dalam satu kesatuan, yaitu sosok manusia yang utuh dan hidup. (Bhineka Tunggal Ika).Salah satu lepas atau tidak berfungsi maka tidaklah sempurna.  ( 1 Kor.12 : 14, 20)
              Makna kesatuan itu kerap juga digambarkan dalam hubungan antara suami dan isteri. Dari dua insan yang berbeda jenis kemudian menjadi satu sebagai suami isteri. Diikat dengan cinta kasih.(Mat.19:4-6) Dan hubungan cinta kasih suami-isteri ini juga sering digambarkan antara hubungan Kristus dengan gerejaNya yang didasarkan cinta kasih.
                Tuhan tidak menghendaki umat yang tercerai berai. Tidak menghendaki perpecahan, tetapi menghendaki sehati-sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan. (Pilipi 2 :2).  Seperti tubuh dengan anggota yang berbeda-beda fungsi tetapi tetap dalam satu tubuh. Indonesia  bhineka tetapi tetap ika atau satu bangsa untuk mencapai satu tujuan bersama, yaitu masyarakat yang adil dan makmur.
                Pentingnya persatuan meski berbeda-beda, sering pula diibaratkan dengan pohon dan ranting-rantingnya. Meski banyak ranting dan berbeda-beda bentuknya, tetapi tetap satu, semuanya berpijak pada pohon yang sama. Masing-masing ranting mempunyai kewajiban menghasilkan buah yang baik. Ranting yang tidak berbuah baik akan dikerat dan dibuang ke dalam api.
Menerima Sila keempat : Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan  dalam permusyawaratan/perwakilan; karena :
                Meskipun dalam Alkitab tak kita temukan kata  “kerakyatan”, “demokrasi”, permusyawaratan dan perwakilan, namun  dalam praktek, khususnya pada awal berdirinya gereja hal-hal diatas sudah dipraktekan. Misalnya ketika kesebelas Rasul yang tersisa memusyawarahkan pemilihan Matias sebagai pengganti Yudas Iskariot yang telah mengkhianati Yesus. (  KR  :1-6).
                Kemudian musyawarah pemilihan tujuh Diaken yang akan melayani orang-orang miskin. Salah seorang diantaranya yaitu Stefanus  kemudian tercatat sebagai martir pertama dari gereja Tuhan.
                 Berikutnya musyawarah pada Sidang para Rasul untuk membicarakan pembaptisan Kornelius, seorang perwira non Yahudi. Lalu musyawarah tentang “sunat”, dan musyawarah untuk pengutusan perwakilan para rasul ke jemaat-jemaat di luar Yerusalem. (KR.11:22).
                Teladan itu kemudian berlanjut sepanjang sejarah gereja dalam bentuk konsili-konsili, Sidang Raya gereja, Sidang Majelis dan sebagainya.
Sila ke lima :  Keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia.
                   Kata “keadilan” dalam Alkitab hampir selalu dirangkaikan dengan kata “kebenaran”. Dan  kedua kata ini sekitar ratusan kali ditemukan tersebar dalam Alkitab. , Kitab Mazmur (Zabur) 11 : 5  mengatakan “TUHAN adalah pengasih dan adil, Allah kita penyayang”. Sebagai contoh lainnya dikutipkan beberapa ayat lagi  :
       Mazmur 82 : 3 : Berilah keadilan kepada orang yang lemah dan kepada anak yatim, berilah hak orang sengsara dan orang yang krkurangan.
       Mazmur 103 : 6. TUHAN menjalankan keadilan dan hukum bagi segala orang yang diperas.
       Mazmur 106  : 3. Berbahagialah orang-orang yang berpegang pada hukum yang melakukan keadilan di segala waktu.
       Amsal 21 : 8. Lebih baik penghasilan sedikit disertai kebenaran daripada penghasilan banyak tanpa keadilan.
       Yesaya 1 : 17 : Belajarlah berbuat  baik, usahakanlah keadilan, kendalikanlah orang kejam, belalah hak anak-aak yatim, perjuangkanlah perkara janda-janda.
                     Prakteknya, seperti dikemukakan sebelumnya, aksi sosial pertama yang dilakukan para Rasul mula-mula adalah mengangkat para Diaken untuk membantu orangt-orang miskin, selain dari berkhotbah dan penyembuhan-penyembuhan orang sakit. Kerap juga mereka mengumpulkan sumbangan dari jemaat di luar Yerusalem untuk orang-orang berkekurangan.
                    Sekarang di setiap gereja umumnya ada lembaga Diakonia untuk pekerjaan serupa. Belum lagi lembaga-lembaga sosial gerejani seperti Yayasan Tanggul Bencana-PGI yang membantu korban-korban bencana alam dan korban kerusuhan sosial. Banyak rumahsakit-rumahsakit Kristen. Bahkan di tingkat internasional ada semacam Action by Churchs Together (ACT).
       Yesus sendiri telah memberi teladan. Bukan hanya memberitakan Injil, tetapi juga melakukan aksi-aksi sosial. Menyembuhkan orang-orang sakit,  jasmani maupun rohani, bahkan membangkitkan orang mati. Ia juga memberi makan  4000-5000 orang kelaparan, belum terhitung perempuan dan anak-anak.
                    Apa motifnya ? “ Lalu Yesus memanggil murid-muridNya dan berkata : Hati-Ku  tergerak oleh belas kasihan kepada orang banyak itu. Sudah tiga hari mereka mengikuti Aku dan mereka tidak mempunyai makanan. Aku tidak mau menyuruh mereka pulang dengan lapar, nanti mereka pingsan di jalan” (Mat.15 :1-10)
     Dengan uraian di atas dapatlah dipahami mengapa umat Kristen mendukung sepenuhnya Pancasila sebagai Dasar dan Ideologi Negara Reoublik Indonesia. Bahkan dapat dikatakan Pancasila itu sangat alkitabiah. Kalau pun Pancasila menurut perumusnya Bung Karno dapat diperas menjadi Tri Sila atau Eka Sila yang disebut Gotong Royong, tetapi intinya tetap “kasih”. Dan menurut kekeristenan, “Allah itu kasih adaNya”. ( 1 Yoh.4 : 8).
      Beberapa dasawarsa sebelumnya, pernah ada selentingan, ada organisasi seperti  PKI yang konon tidak sungguh-sungguh menerima Pancasila sebagai dasar organisasi mereka. Mereka menerimanya hanya sebagai taktik politik. Umat Kristen Indonesia pasti tidaklah demikian. ***






















No comments:

Contact Form

Name

Email *

Message *