Tuesday, December 18, 2018

SIASAT MILITER KOLABORASI STRATEGI POLITIK DALAM KAMPANYE


Pada masa kampanye Pilpres/Legislatif 2019 saat ini, dalam Tim Pemenangan kedua kubu yang bersaing, yaitu   01 Jokowi-Ma’ruf Amin di satu pihak dan kubu 02 Prabowo Subyanto di lain pihak, sama-sama terdapat mantan-mantan tokoh militer kawakan disamping tokoh-tokoh politik senior. Bahkan diantara mantan perwira tinggi itu, ada yang pernah menjabat sebagai pimpinan tertinggi TNI di bawah Presiden sebagai Panglima tertinggi.
Maka dapat dipahamilah kalau dalam kampanye Pilpres sekarang terjadi kolaborasi atau perpaduan taktik militer dan strategi politik dalam upaya memperoleh kemenangan. Tentu saja minus perang. Semuanya harus dalam koridor konstitusi dan peraturan perundang-undangan.
Pada masa perang mempertahankan kemerdekaan dahulu, Panglima Besar Jendral Sudirman kerap mengeluarkan Perintah Siasat. Perintah Siasat 1, PS 2 dan seterusnya dalam menghadapi kekuatan agresor Belanda. Dari sisi politik, mantan Gubernur Ali Sadikin alm. menganggap politik itu adalah bagaimana mengubah lawan menjadi kawan.
Dan rupanya itulah strategi politik yang sudah, sedang dan terus akan dilaksanakan kedua kubu pada masa kampanye ini. Hasilnya, TGB, La Nyalla Mattalitti dll. serta pimpinan beberapa cabang partai dari kubu 02 hengkang beralih ke kubu 01. Hal yang sama juga ada terjadi dari pendukung 01 beralih ke 02.
Petanda masuknya siasat gaya militer itu nampak dari penggunaan istilah-istilah militer seperti ‘markas besar’ yang dipindahkan ke Solo atau pembentukan Koppasandi ( Komando Ulama Pemenangan Prabowo-Sandi).
Pemindahan markas tim pemenangan kubu 02 ke Jawa Tengah yang merupakan lumbung suara utama bagi kubu 01 lebih-lebih lagi di Solo sebagai kota asal Capres 01, oleh sementara pengamat dianggap sebagai upaya mengganggu konsentrasi tim pemenangan 01 bahkan sebagai upaya untuk mengalahkan saingan dari basisnya.
Di lain pihak, di pihak kubu 01 juga mulai menggunakan istilah             ‘menyerang’ yang lazim digunakan di kalangan militer. Hanya menurut Erick Thohir yang memunculkan istilah itu, yang dimaksudkannya dalam arti baik, seperti dalam pertandingan sepakbola. Kalau diserang lawan, kita harus balik menyerang, kata mantan pemilik klub sepakbola di Italia itu.***

No comments:

Contact Form

Name

Email *

Message *