Friday, July 20, 2018

PREDIKSI KOALISI PILPRES 2018


   Makin dekat  masa pendaftaran  peserta  Pilpres 2019 yang akan datang, pergerakan  konsultasi dan penjajagan partai-partai politik untuk membentuk koalisi hari-hari ini makin meningkat.
   Sampai-sampai Ketua Umum Partai Demokrat SBY dikabarkan harus masuk rumah sakit akibat kelelahan. Sedianya SBY yang juga Presiden ke 6 RI itu akan bertemu dengan Ketua Umum Partai Gerinda  Prabowo Subianto dalam kaitan  kemungkinan berkoalisi.
Sejauh ini baru terpolarisasi dua kelompok bayang-bayang koalisi, yang tentu saja masih bisa berubah yaitu koalisi pendukunng  Capres Joko Widodo dan koalisi pendukung Capres Pabowo Subyanto.
Koalisi pertama terdiri dari PDIP, Partai Nasdem, Golkar, Hanura, Perindo, PPP, PKPI, PSI dan PKB. Sedang pendukung Prabowo terdiri dari Partai Gerindra, PKS dan PAN.
Semula pihak PAN dan Partai Demokrat giat mengupayakan pembentukan koalisi ke tiga. Namun nampaknya sulit untuk direalisasikan. Pertama, akibat penentuan Capres dan Cawapres yang masing-masing mau mengajukan kadernya serta kesulitan memenuhi persyaratan    minimal memiliki 20 kursi hasil Pemilu 2014 untuk dapat mendaftarkan Capres/Cawapres nya.
Upaya pendekatan Partai Demokrat ke PDIP untuk membangun koalisi, nampaknya masih terkendala berkenaan masih belum berakhirnya ketidakharmonisan  hubungan pribadi kedua Ketua Umum partai ybs. Akibat perbedaan-perbedaan  pandangan pada Pilpres-pilpres sebelumnya.
Dengan alasan yang sama, upaya pendekatan Prabowo Subianto ke PDIP masih tetap terkendala oleh bayang-bayang kekecewaan Prabowo akibat tidak dicalonkan dirinya oleh  PDIP sebagai Capres pada Pilpres 2014 sesuai dengan Perjanjian Batutulis 2009.
Sekiranya Prabowo atau Partai Demokrat dapat merapat ke koalisi  pengusung  Capres Joko Widodo sedang koalisi baru tidak dapat dibentuk, maka ada kemungkinan  akan terjadi Pilpres Capres Tunggal, di mana Joko Widodo akan berhadapan dengan kotak kosong.
Seberapa banyak pendukung  dan yang  menolak Joko Widodo untuk melanjutkan masa baktinya yang kedua, akan terlihat pada jumlah  suara di kedua jenis kotak suara itu. Tapi nampaknya kemungkinan ini sangat kecil akibat kedua kendala pribadi para tokoh di atas.
Oleh karena itu yang sangat mungkin terjadi , pada akhirnya Partai Demokrat akan merapat ke kubu Prabowo dalam koalisi Partai Gerindra, PKS dan PAN.  Sehingga pada Pilpres 2019 nanti hanya ada dua Capres yaitu Joko Widodo dan Prabowo Subianto.
Namun koalisi baru ini nampaknya agak rentan. Pertama, disana ada perbedaan kecenderungan ideologis masing-masing partai. Ada yang cenderung agamis dan yang lainnya nasionalis. Kerentanan kedua, adanya sikap ngotot dari partai-partai yang bersangkutan menyangkut Cawapres pendamping  Prabowo  
 Pihak PKS misalnya ngotot supaya Cawapres dipilih dari salah satu dari sembilan nama yang mereka ajukan. Sedangkan pihak Partai Demokrat mengadang-gadang  agar Agus Harimurti Yudoyono (AHY) menjadi Cawapresnya. Sedangkan PAN juga menginginkan hal yang sama.
Memang dilema bagi Prabowo. Dia seperti didesak-desak bahkan seperti diultimatum . Kalau Cawapres bukan dari PKS , maka mereka tidak mau jadi  penonton penggembira saja dan lebih baik tidak jadi bergabung.
Prabowo mau membatalkan kesediaannya ikut dalam Pilpres 2019 sebagai Capres, juga tidak etis. Karena ia telah telanjur menyatakan janji kesiapannya menjadi Capres apabila dikehendaki partainya, Partai Gerindra.
Lagi pula sudah telanjur dibuka rekening  kepada umum yang mau ikut memberikan dukungan dana untuk kampanye. Dan kabarnya sudah terkumpul sekian milyard. Dan satu lagi. Apabila ia mengundurkan diri atau menunjuk calon Capres yang lain, pendukungnya akan merasa terpukul dan merasa dikhianati. ***
  

No comments:

Contact Form

Name

Email *

Message *