Salah satu
budaya bangsa kita, Indonesia, adalah saling kunjung-mengunjungi antar teman
atau antar keluarga. Dalam dalam bahasa populernya silahturahmi. Tujuannya
untuk menjalin persahabatan atau untuk tetap memelihara hubungan baik yang
telah ada.
Dalam
perkunjungan itu biasanya ada yang membawa sekedar oleh-oleh (meskipun tidak
harus), entah makanan ringan khas daerah asalnya ataupun buah-buahan hasil
kebunnya atau apa saja yang dapat dinikmati bersama nanti.
Di antara
warga Mori-Bahono yang bermukim di kawasan Morowali bagian Timur, tradisi
silahturahmi itu disebut “mesinggeraha”. Biasanya dilakukan antar famili, baik
yang masih berdekatan tempat tinggal, terlebih bila yang berkunjung sanak
keluarga atau kenalan yang sudah lama tak bertemu akan sangat menggembirakan.
Pembicaraan
hanya terbatas mengenai keadaan masing-masing keluarga serta tukar ceritera
pengalaman masing-masing. Sambil ngobrol
dan bernostalgia, ibu-ibu biasanya menikmati makan sirih yang dikunya
bersama kapur sirih dan buah pinang muda. Maka tak heran kalau gigi para wanita
lanjut usia orang Bahono dahulu umumnya tetap utuh dan jarang yang sakit gigi. Untuk
itu setiap ibu rumah tangga selalu menyediakan ketiga bahan itu dirumahnya
dalam sebuah wadah yang disebut palako.
Sedangkan
kaum lelakinya biasanya berceritera sambil menikmati sedikit minuman saguer,
arak atau brem dari beras ketan. Disediakan pula tembakau kering, biasanya hasil
dari kebun sendiri, serta lembaran-lembaran kulit jagung halus yang telah
dipotong-potong untuk penggulung tembakau menjadi rokok.
Setelah orang Bahono mengungsi dari tempat
asal mereka dahulu akibat gangguan gerombolan, tradisi ini kemudian menjadi
sedikit berubah menyesuaikan dengan lingkungan wilayah pemukiman mereka yang
baru.***
No comments:
Post a Comment