Wednesday, August 14, 2019

Susah-Susah Gampang Memilih Menteri


      Sejak penetapan Jokowi-Ma’ruf Amin sebagai Presiden/Wakil Presiden terpilih, para pimpinan partai politik, khususnya dari partai pendukung silih berganti menemui Capres terpilih itu. Selain untuk mengucapkan selamat, mereka juga membawa daftar nama kader-kader mereka yang dipandang layak untuk dipertimbangkan duduk  di kabinet mendatang. Bahkan di luar, ada yang terang-terangan meminta dua atau empat jatah menteri.Malahan Ketum PDIP Megawati Sukarnoputeri dengan lantang meminta jatah terbanyak.

            Itu sah-sah saja. Namun semua menyadari bahwa pemilihan menteri adalah hak pregrogratif Presiden sesuai konstitusi. Bagi Jokowi banyaknya calon-calon ini tentu agak memudahkannya menyeleksi calon terbaik. Tentu saja, disamping figur-figur yang disodorkan para partai pendukung atau koalisi, ia juga patut mempertimbangkan figur-figur menteri yang pada masa pemerintahannya hingga kini telah meununjukkan prestasi yang luar biasa. Seperti Susi Pudjiastuti menteri Kelautan dan Perikanan, Menteri Keuangan Sri Mulyani, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dan Ignatius Jonan yang berhasil mengembalikan tambang besar Indonesia yang selama ini dikuasai dan dikendalikan asing.

            Tokoh-tokoh tersebut  terakhir memang sudah dikenal rekam jejak dan prestasi mereka. Ada juga juga tokoh-tokoh karier pendatang baru seperti Tri Rismaharini atau   Risma, Walikota Surabaya, dan juga Ahok yang pernah dikagumi warga DKI Jakarta, namun kemudian tersandung oleh tuduhan menista agama. Demikian pula kini bermunculan tokoh-tokoh muda kreatif dan bersemangat yang telah menunjukkan prestasi di bidang yang digelugutinya. Lagi pula belum ada cacat-celanya. Seperti Erick Thohir  pengusaha sukses . pemilik klup sepak bola tingkat dunia  serta berhasil mensuksekan penyelenggaraan Asian Games terakhir di Jakarta. Belum lagi para pengusaha muda sukses yang sudah mencapai tingkat unicorn seperti Nadiem Makarim.

       Peliknya adalah, memilih menteri dari kalangan partai. Diakui atau tidak, menteri ex.parpol ini selama ini umumnya dianggap berdiri di atas dua kaki. Di satu pihak harus patuh kepada Presiden sebagai kepala eksekutif, tetapi dilain pihak tetap juga harus mengikuti garis kebijaksanaan partai sebagai petugas atau kader partai. Kalau tidak akan disingkirkan. Seperti halnya Ahok dulu, didepak dari Gerindra karena tidak sepaham dengan kebijakan partai yang tidak setuju dengan sitem pemilihan langsung. Padahal partai inilah yang ikut menggolkannya ke kursi Wagub DKI Jakarta.  Di sisi lain, ada dilema. Bila calon dari partai kurang memenuhi syarat sehingga tidak dipilih, partai yang bersangkutan bisa beralih posisi. Dari semula sebagai pendukung menjadi oposisi di parlemen.

     Dan satu lagi. Pada masa dua dasa warsa terakhir ini,  tidak sedikit menteri-menteri dari kalangan partai politik dan tokoh partai yang dipenjara karena kasus korupsi atau menerima suap. Jadi rekomendasi partai belumlah menjadi jaminan. Beberapa menteri dari partai juga ada yang terpaksa harus diberhentikan karena tidak kreatif dan tak berprestasi. Dan dalam masa pemberhentian itu, disayangkan ada ex. menteri yang kemudian balik menjadi pengeritik bekas atasannya itu. Padahal, mungkin saja Presiden sedang mempertimbangkan kekududukan yang lebih pas untuknya. Contohnya Jonan, dahulu pernah kebijakannya mengenai alat transportasi on-line yang dianulir Presiden. Beberapa waktu kemudian diberhentikan sebagai Menteri Perhubungan. Namun tak lama kemudian dia diangkat lagi menjadi Menteri ESDM, di mana kemudian ia kembali menunjukan prestasinya. Sama ketika ia  berhasil menyulap perkeretaapian kita yang dahulu ambrul-adul menjadi berkembang seperti sekarang.

     Jadi disamping keahlian atau kecakapan, rekam jejak, kerjasama dan inisiatif, disiplin serta ketaatan juga perlu dipertimbangkan. Dr.Rizal Ramli adalah seorang ekonom dan tokoh kreatif yang patut dikagumi. Prestasinya pada masa pemerintahan Gus Dur dan gagasannya yang berani untuk mengaktifkan kembali Stasion Kereta Api Tanjung Priok yang sudah lama terbengkalai dan menjadi sarang para preman patut diapresiasi. Namun sayang, ketidakpatuhannya kepada Presiden Jokowi yang minta beberapa kali agar tidak mengumbar keluar dinamika yang terjadi di sidang kabinet menyebabkan ia terpaksa diganti.

            Kebijakan Jokowi saat pemilihan calon menteri kabinetnya yang pertama dahulu - yang meminta verifikasi terlebih dahulu kepada KPK mengenai rekam jejak calon menterinya, adalah baik untuk dilakukan saat ini.  (Sam Lapoliwa SP)***  


No comments:

Contact Form

Name

Email *

Message *