Saturday, March 21, 2020

SAATNYA INTROSPEKSI DIRI DI HADAPAN TUHAN

Di tengah badai penyebaran virus Corona saat ini - yang dipikirkan semua orang hanyalah bagaimana melawannya sebatas kemampuan manusia. Mencegah dengan menjauhkan diri dari orang-orang yang sudah terpapar.Mereka yang diduga sudah terpapar di dikarantina untuk dapat dipantau. Yang jelas-jelas sudah positif terpapar dirawat. Hanya sekedar untuk meningkatkan daya tahan tubuh pasien karena hingga kini belum ditemukan obat yang dapat membinasakan virus aneh ini. Para ahli farmasi juga tak kalah sibuknya berlomba untuk menemukan obat penangkalnya. Dalam situasi seperti ini kurang ditonjolkan pengobatan secara rohani yaitu peran Tuhan. Sudah terbaca kini, bahwa dalam keadaan sulit ini kita lebih mengandalkan otak manusia daripada lari kepada Tuhan ! Tayangan di layar televisi, sebagai satu-satunya media audio-visual yang paling efektif menjangkau orang banyak, selalu saja didominasi statistik korban terpapar, yang meninggal dunia, cara mencegah atau petunjuk-petunjuk bagaimana sebaiknya bersikap dengan lingkungan. Pengobatan atau penguatan secara rohani yang menyangkut perlawanan terhadap virus Corona jarang kita saksikan. Penguatan kepada para keluarga yang ditinggalkan, kepada mereka yang sedang terbaring dalam perawatan dan kepada mereka yang cemas di luar sana tak pernah kita lihat dilakukan melalui televisi. Yang ada, kalau bukan apa yang diutarakan di atas, adalah musik-musik murahan, iklan-iklan yang cenderung mengelabui orang, gosi-gosip yang seringkali malah ikut-ikutan mempertajam pertentangan atau tontonan orang yang lagi rakus melahap makanan. Katanya sih, untuk memperkenalkan aneka kuliner kita guna peningkatan pariwisata. Tapi dengan cara itukah ? Lalu, lagak-laku orang-orang kaya baru yang gemar memamerkan kekayaannya itu. Kita merindukan, agar para rohaniwan kembali diberi kesempatan tampil lagi di layar televisi menyampaikan suara kenabian. Menguatkan, menumbuhkan kembali pengharapan rakyat yang tengah dirundung malang ini. Bahwa ada Yang Mahakuasa di atas kedahsyatan virus corona. Warga negeri ini semua umat beragama. Tapi bukan lagi membahas ini ayat paling benar dan itu salah. Atau yang ini paling suci itu tidak. Bahwa ada Tuhan yang Mahakuasa dan Mahakasih tempat berlindung yang paling aman. Dia sudah berjanji untuk melindungi orang-orang yang dikasihNya. Dia tak pernah tidur. Dan tak akan ada selembar rambutpun yang akan rontok tanpa ijinNya. Kalaupun pada akhirnya terkena musibah juga, itu artinya memang sudah seijin Dia dan mungkin memang sudah waktunya untuk kembali ke asal. Jadi, sambil tetap berusaha tetap juga pasrah. Tak perlu takut atau cemas karena takut dan cemas tak kan menolong. Malah membuat semangat makin menurun. Namun dibalik kasih dan janji perlindunganNya itu, Dia juga memberi peringatan akan adanya ganjaran hukuman bagi orang-orang durhaka yang tidak patuh pada kehendak dan perintah-perintahNya. Maka itu pada masa yang sulit ini, segenap umat perlu introspeksi diri. Sudahkah tiap pribadi melakukan kehendakNya dalam hidupnya ? Sudahkan para tokoh dan pembimbing umat melakukan kewajiban mereka ? Apakah bangsa ini sudah hidup selaras dengan hukum-hukumNya ? Kalau kita jadikan Hukum Sepuluh sebagai acuan, khususnya bagi umat yang mengimaninya, rasa-rasanya pada jaman akhir ini jawabanya belum. Bandingkanlah apa yang tersurat dan apa yang terjadi di tengah-tengah-tengah bangsa ini. Tuhan menghendaki Jangan ada padamu ilah lain. Tapi pada jaman “nau” agaknya ilah yang banyak dipuja-puja adalah materi, kekayaan, kedudukan dan kecantikan. Wajah direparasi sampai menjadi beda dari aslinya. Jangan membuat dan menyembah patung. Tapi masih saja banyak yang menyimpan dan memuja-muja benda mistik yang dianggap keramat dan melalui benda itu mereka sujud menyembah dan memohon sesuatu. Tuhan tidak menghendaki itu karena Dia ingin kita hanya menyembah Dia sebagai pencipta dan sumber pertolongan kita. Jangan menyebut nama Tuhan dengan sembarangan. Saat-saat ini sedikit kesenggol saja sudah menyebut nama Tuhan. Orang mengalami musibah karena kesalahan sendiri di bilang “sudah kehendak Tuhan”. Padahal dia sendiri yang melangkah ke tempat mesum yang sebetulnya firmanNya dan hukum melarang. Dia yang berbuat salah, terkena celaka, lalu bilang Tuhan memang menghendakinya. Padahal Tuhan tidak menghendaki seorang manusiapun binasa. Ada satu hari khusus dalam seminggu umat diperintahkan datang beribadah kepadaNya. Tapi hari-hari ini tidak sedikit umat malas pergi beribadah di hari yang dikhususkan itu. Kalaupun pergi mungkin dirasakan sebagai beban. Pikirannya melantur ke dunia lain, tak betah sehingga gelisah dan ingin segera keluar. Tujuan utamanya keluar rumah bukan pergi beribadah. Tetapi ke tempat lain. Hanya sekedar“mampir dulu”beribadah. Padahal mestinya, beribadah di hari khusus itu adalah salah satu perintah Tuhan untuk tidak menjauhkan diri dari persekutuan umat. Hari khusus dimana kita datang bersyukur, memuliakanNya, mendengar suaraNya dan memberikan sekedar persembahan. Sebagai wujud rasa syukur terima kasih atas kasih anugeahNya sepanjang hudup kita. Khususnya selama seminggu yang baru lewat. Baik kesehatan segenap keluarga , berkat, ketenteraman dan damai sejahtera dan banyak lagi. Di saat itu kita menyimak pesan-pesan firman yang dikhotbahkan sambil memikirkan apa yang dapat kita lakukan berkenaan dengan pesan firman Tuhan itu. Memuji dan memuliakan Tuhan dalam suasana hati bersyukur dan berterterimakasih, sungguh akan menimbulkan sukacita !. Dan jangan lupa, di awal ibadah pertama-tama kita sudah diingatkan lagi bahwa pertolongan kita adalah dalam nama Tuhan yang menjadikan langit dan bumi. Dan menjelang akhir ibadah, pada kita ditegaskan lagi janji Tuhan bahwa Dia akan memberkati kita, melindungi kita, memberi kita kasih karunia dan memberi kita damai sejahtera. Atas janji ini, ditambah keyakinan bahwa pertolongan kita adalah dalam Dia yang menjadikan langit dan bumi, maka tak ada alasan apapun lagi, seorang beriman untuk takut kepada siapapun dan atas masalah apaun. Pulang dengan percaya diri, dengan wajah ceria dan sukacita dari rumah Tuhan ! Maka sangatlah disayangkan apabila kita keluar dengan perasaan hampa, tetap ada beban. Tak ada perasaan bahwa ada Yang Mahakasih dan Mahakuasa yang selalu mengiringi, menjaga dan melindungi. Di sisi lain, kita juga prihatin ketika umat dihambat dalam beribadah. Sudah dipersulit mendirikan rumah ibadah tetapi ketika beribadah di luar rumah ibadah diserang. Tuhan melihat itu. Tapi Ia panjang sabar, menunggu ada pertobatan. Hingga batas kesabaran itu tiba dan kehangatan murkaNya menjala-nyala. Hormatilah ayah dan ibumu. Adakah anak-anak Indonesia tetap menaruh hormat terhadap orangtuanya pada jaman “nau” ? Saya ragu untuk menjawabnya “ya”. Pada jaman milenial ini orangtua yang sudah uzur banyak dititipkan ke rumah jompo untuk tidak merepotkan di rumah. Tidak lagi mau menerima nasehat orangtua karena merasa sudah berpendidikan tinggi, sudah memiliki data informasi lebih luas melalui internet, lebih berada dan banyak “lebih-lebih” yang lain lagi. Ada yang bersifat kasar kepada ibu bapanya yang tak lagi berdaya. Beberapa orangtua sampai dihadapkan ke pengadilan, ada yang sampai ditendang. Hormat kepada orangtua kadangkala hanya dimaknai sebatas cukup memberi harta materi. Tetapi nasehat-nasehatnya sekalipun masuk akal tak lagi didengar. Malah kerap dibantah. Jarang diajak ngobrol menyebabkan mereka seperti merasa disisihkan. Maka tak heran kalau banyak orang lanjut usia lebih memilih hidup menyendiri diluar keluarga anak cucunya. Inikah yang dikehendaki Tuhan ? Jangan membunuh. Wah ! Hampir tiada hari di layar televisi negeri ini yang tanpa berita pembunuhan. Sungguh mengerikan bila dipaparkan dalam tulisan ini. Tapi yang lebih mengerikan lagi kira-kira bagaimana kehangatan murka Tuhan melihat tubuh manusia yang diciptakan menurut gambar wajahNya dicincang, dibakar, dimasukan ke lobang …… Firman Tuhan kepada Nuh dari kitab Kejadian 9 ayat 5-6 mengatakan :” Tetapi mengenai darah kamu, yakni nyawa kamu, Aku akan menuntut balasnya; dari segala binatang Aku akan menuntutnya, dan dari setiap manusia Aku akan menuntut nyawa sesama manusia. Siapa yang menumpahkan darah manusia, darahnya akan tertumpah oleh manusia, sebab Allah membuat manusia itu menurut gambarNya sendiri”. Ada perintah, jangan berzinah. Tapi makna perkawinan atau pernikahan nampaknya jaman akhir ini makin merosot. Meskipun dilakukan dengan tata cara agama, dan sakral, tetapi apa yang terjadi sebelumnya maupun sesudahnya ? Setiap hari dipertontonkan tayangan pasangan-pasangan “hidup bersama” meskipun belum menikah resmi. Suami atau isteri ada yang diam-diam menjalin hubungan gelap dengan orang lain. Menyebabkan akhirnya terjadi keretakan rumah tangga. Bahkan ada yang tegah nenghabisi nyawa pasangannya secara sadis. Dan yang ikut menjadi korban berikutnya adalah anak-anak. Jangan mencuri. Sekarang teknik mencuri sudah sangat canggih. Ikut-ikut menggunakan teknologi tinggi. Kalau dahulu hanya mengambil barang orang ketika pemiliknya lengah, kini ATM orang dapat dibobol yang membuat dalam sekejap hasil keringat orang selama bertahun-tahun hilang lenyap. Kondisi demikian jelas akan menghilangkan damai sejahtera yang jadi korban. Bahkan bisa putus harapan yang berujung pada bunuh diri. Penderitaan seperti ini mungkin tidak disadari pelakunya atau dia tidak peduli. Tapi Tuhan melihatnya. Jangan menjadi saksi dusta terhadap sesamamu. Berdusta sudah merupakan pelanggaran etik. Tapi kesaksian dusta terhadap sesama merupakan kejahatan. Tuduhan melakukan kejahatan terhadap orang baik dapat mengakibatkan orang tak bersalah mendapat hukuman, jadi sengsara serta menderita. Tuhan juga tak menghendaki ini terjadi. Jangan mengingini milik kepunyaan sesamamu. Ingin memiliki kepunyaan orang lain acapkali menjadi pendorong untuk melakukan kejahatan yang lain seperti mencuri, membunuh dan juga berdusta. Ketika orang berusaha untuk menyembunyikan kejahatannya maka yang dilakukan adalah berdusta. Sekarang, apakah kita mengakui semua ini terjadi ? Dan bangsa ini bahkan dunia ini mau mengaku berdosa ? Pengakuan dosa dan mohon pengampunan, bisa menyurutkan murka Tuhan. Lalu mengampuni, membatalkan hukuman atau meringankannya. Kota Ninive yang jahat - melalui nabi Yunus diancam akan di tunggangbalikan dalam tempo empatpuluh hari bila mereka tidak bertobat. Mereka bertobat dan bencana itu dilewatkan. Raja Daud yang berselingkuh dan membuat rencana jahat membunuh panglima tentaranya sendiri demi menutupi perselingkuhannya, diringankan hukumannya setelah mengakui dosanya dan mohon diampuni. Lalu kita ?***

No comments:

Contact Form

Name

Email *

Message *