Thursday, March 26, 2020

STRATEGI MELAWAN VIRUS CORONA

Tema yang sering dimunculkan di media masa khususnya televisi adalah “Perang melawan virus Corona”. Yang namanya perang, tentu disamping mengenal musuh dan tahu titik lemahnya, kita juga perlu memiliki strategi. Kalau kita diserang, kita juga harus tahu sudah sejauh mana musuh menginfiltrasi sehingga kita bisa mengantisipasinya. Faktanya kini, musuh kita yaitu virus Corona, hari demi hari nampak seolah-olah seperti makin ofensif. Terlihat dari jumlah warga yang terindikasi terpapar statistiknya terus meningkat. Yang meninggal lebih banyak daripada yang sembuh. Padahal yang kita harapkan grafik yang dilaporkan terpapar makin menurun. Para pakar kesehatan mengatakan, mereka yang meninggal itu umumnya adalah para lanjut usia dan yang daya tahan tubuh mereka lemah. Belum jelas benar apa standar menentukan mana yang daya tahan tubuhnya kuat dan mana yang lemah. Mungkin yang dimaksud lemah mereka yang membawa penyakit menahun bawaan ? Seperti penderita asmah yang memang sering mengalami kesulitan dalam pernapasan?. Yang kondisi mereka akan cepat memburuk bila terpapar virus Corona yang memang salah satu gejalanya susah bernapas ? Untuk lebih meyakinkan kesimpulan di atas, mestinya ditunjukan dengan analisis data / grafik. Grafik yang meninggal menurut usia dan grafik menurut jumlah penderita penyakit bawaan dan yang tidak. Hal yang sama juga diukurkan pada mereka yang sembuh. Data jumlah terpapar tersebut diatas disebut “seolah-olah”. Karena kalau mau berimbang, seharusnya dari jumlah mereka yang dites, bukan hanya yang positif terpapar saja ditonjolkan angkanya, tetapi juga jumlah mereka yang hasilnya negatif ditonjolkan juga. Jadi, tergambar dari jumlah sekian yang dites, ternyata yang positif terpapar sekian persen yang negatif sekian persen. Diharapkan tentunya yang negatif lebih banyak. Mengemukakan data yang positif terpapar yang nampak meningkat dengan cepat, perlu ditegaskan pula bahwa itu belum tentu menunjukan indikator kecepatan penyebaran virus corona. Karena pertambahan data yang cepat itu bisa juga disebabkan oleh makin intensif dan ektensifnya aksi pelacakan terhadap mereka yang terduga terpapar akhir-akhir ini. Apalagi dengan mulai digunakannya alat tes cepat yang kini juga sudah disebarkan ke berbagai rumahsakit dan Puskesmas. Harus diakui, ibarat perang, kita agak terlambat melakukan antisipasi. Mungkin semula kita mengira, musuh yang asal-muasalnya nun jauh di sana di Wuhan, Tiongkok, tak akan sampai ke Indonesia. Ketika sadar, musuh telah menginfiltrasi sampai jauh dan meluas bahkan sampai ke kursi menteri, walikota bahkan para dokter spesialis dan paramedis lainnya. Sekarang sudah susah mendeteksi. Mana warga, teman, famili, tetangga yang sudah terpapar, diduga terpapar karena pernah ke wilayah terpapar dan mana yang belum. Ibarat dalam perang kota, tidak tahu lagi mana kawan mana lawan. Sudah campur aduk. Maka barangkali perlu dipertimbangkan dilakukannya pembersihan. Wilayah demi wilayah, dimulai dari wilayah yang paling tinggi terpapar. Mirip dengan strategi Jan Pieterzon Cun jaman VOC dahulu. Wilayah terpapar ditutup total dalam waktu yang ditentukan. Keluar masuk orang dibatasi hanya kepada orang-orang mendapat tugas tertentu dan diyakini tidak terpapar. Selama masa penutupan itu seluruh warga di test cepat dari rumah ke rumah. Bila ada yang hasilnya positif terpapar, langsung bisa dikirim ke RS untuk dirawat dan yang berpotensi terpapar dikarantina guna dipantau lebih lanjut. Dengan selesainya pengetesan cepat dan mereka yang positif terpapar atau berpotensi terpapar telah “dibersihkan”, wilayah itu dapat diasumsikan telah bebas virus corona dan boleh dibuka kembali. Tentu saja – setelah itu harus dilakukan pengawasan yang lebih ketat dengan menggunakan test cepat – sehingga tidak kemasukan virus lagi. Cara ini mungkin dapat segera dimulai di kompleks-kompleks perubahan yang umumnya memiliki pintu keluar masuk terkontrol dengan adanya petugas Security/ Satpam. Masa penutupan dan pembersihan sebaiknya tidak terlalu lama. Kalau lama, maka perlu disediakan stok bahan kebutuhan pokok dalam wilayah itu, di mana warga masih bisa membelinya. Mungkin dapat ditunjuk Badan Usaha Daerah/ Desa untuk mengadakannya dengan harga yang tak terlalu mahal. ***

No comments:

Contact Form

Name

Email *

Message *