Tuesday, January 5, 2010

GUS DUR PAHLAWAN BHINEKA TUNGGAL IKA

Almarhum KH. Abdurrahman Wahid atau Gus Dur dengan kepribadiannya yang khas adalah tokoh yang jarang atau sulit ditemukan bandingannya. Seorang intelektual, ulama besar, demokrat tulen, suka mengayomi, melindungi dan membela mereka yang lemah serta berwawasan luas. Ia juga seorang politikus yang handal, buktinya ia sempat mampu menduduki kursi terhormat yang paling bergengsi di negeri ini sebagai Presiden. Predikatnya sebagai ulama sekaligus sebagai politikus, kadang kala memang rada-rada membingkan orang. Sehingga ada yang akhirnya yang tadinya simpati menjadi antipati.

Suatu waktu pernah terbaca di koran Gus Dur menyebut langsung nama seorang cukong mendanai perjudian gelap di sebuah kapal di lepas pantai Jakarta. Keesokan harinya, juga di koran, beliau membantah ia tidak mengatakan demikian. Tidak jelas apakah wartawan salah mengutip atau ini memang suatu taktik Gus Dur untuk menghentikan perbuatan tercela itu. Nyatanya, tak ada gugatan hukum dari yang bersangkutan maupun koran yang memuatnya.

Ketika menjadi Presiden dan bepergian ke luar negeri, dari sana secara gencar ia mengecam sikap politik militer di Indonesia khususnya Panglimanya ketika itu. Banyak dikutip media internasional, seperti terkesan mempermalukan negeri sendiri diluar negeri. Tetapi apabila dikaji lebih mendalam, hal ini dapat dipahami. Mengingat dominasi militer dalam segala bidang ketika itu demikian besar, sehingga diperlukan tekanan yang lebih kuat dan lebih luas. Dilakukan dari luar negeri dengan ditunjang opini dunia efeknya akan lebih besar dan lebih cepat ketimbang hanya dilakukan di dalam negeri.

Nyatanya sekarang peran TNI telah berhasil dikembalikan pada fungsinya semula sebagai unsur pertahanan dan pembelaan negara yang utama. TNI tidak lagi sering dicercah seperti dahulu. Dan patut dicatat juga almahum telah diberi tanda penghormatan tertinggi dari semua unsur TNI sebagai pengakuan atas jasa-jasanya pada TNI.

Jadi pandangan yang mengatakan Gus Dur kadang-kadang kurang konsisten, perlu dipikirkan kembali. Beliau konsiten pada prinsip dan tujuan tetapi dalam taktik politik bisa beragam. Kita percaya Gus Dur menguasai ilmu propaganda atau ilmu perang urat syaraf.

Hal yang sama mungkin dapat coba dipahami alasan beliau "berani" mengambil langkah kontroversial yang ingin membangun perdamaian bahkan hubungan diplomatik dengan Israel. Pandangannya jauh ke depan. Memang kalau diperhatikan, banyaknya pertikaian sampai-sampai tindakan teror berkedok agama di seluruh dunia saat ini awalnya bersumber dari sengketa Israel - Palestina ini.

Karena Amerika dan sekutunya selalu memihak pada Israel, maka Amerika dimusuhi di kebanyakan negara-negara yang mayoritasnya Muslim. Andaikata perjanjian damai Palestina - Israel dapat terwujud, maka sumber sengketa akan dapat sangat berkurang. Dan perdamaian dunia akan lebih terjamin, tak perlu lagi penduduk bumi ini selalu cemas oleh ancaman bom teroris.

Sekarang baru terungkap sejumlah jasa-jasa dan amal Gus Dur yang sebelumnya tidak diketahui, khususnya ketika ia menjabat sebagai Presiden. Tokoh-tokoh Papua berterima kasih, tokoh-tokoh Aceh berterima kasih, pemuka-pemuka agama minoritas, lebih-lebih Konghucu berterima kasih. Kita tersentak ketika dibacakan daftar penghargaan tertinggi yang diberikan kepada almarhum. Baik dari dalam negeri maupun dari dunia internasional ! Bayangkan apabila semua itu digantungkan di dada beliau ! Betapa penuhnya. Tetapi beliau, tokoh yang rendah hati dan sederhana ini, tak pernah memajang itu semua.

Pengakuan atas ketokohan dan kecintaan terhadap Gus Dur lebih nyata lagi ketika pemakamannya. Ribuan peziarah dan jutaan penonton televisi dari segala lapisan masyarakat mengikuti upacara itu dengan perasaan kehilangan. Mungkin hanya upacara pemakaman Paus Paulus II saja yang menyamainya.

Andaikata saja Gus Dur dapat memimpin Republik ini lebih lama lagi, mungkin negeri ini akan lebih baik lagi dari yang sekarang. Karena itu pantaslah Gus Dur diberi gelar Pahlawan Nasional atau pahlawan Bhineka Tungga Ika mengacu istilah pada Konstitusi.

No comments:

Contact Form

Name

Email *

Message *