Monday, May 21, 2018

KISAH SI BUDUK (2)


Kami pikir nasibnya sudah tamat karena warga sekitar  umumnya menganggap anjing binatang haram. Tapi seminggu kemudian, ada sekelompok anak-anak berteriak-teriak dari atas tembok dekat anak anjing itu dulu ditabrak. Mereka melempar-lembar ke tanah kosong dan bersamaan dengan itu terdengar teriak anjing terkaing-kaing !  Segeralah Opaku pergi melihat ada apa. Aku ikut. Dan benar. Di antara semak-semak di bawah pohon pisang terlihat anak anjing yang dahulu tertabrak tengah meringkuk. Menggigil, mungkin ketakutan atau sakit .

Saat itu musim hujan dan kota kami, kota Bogor, memang terkenal sebagai kota hujan dan dingin. Makanya kami heran, anjing itu masih dapat bertahan hidup.

Opa pulang ke rumah dan minta Oma menyediakan makanan. Ada nasi lengkap dengan lauk sepotong daging ayam panggang. Ketika makanan itu disodorkan dengan hati-hati, hewan itupun mendekat. Merangkak perlahan-lahan diantara semak rerumputan. Menggoyang-goyangkan kepala dan kedua telinganya. Itulah sifat seekor anjing menunjukkan persahabatannya. Tak lama kemudian makanan itu habis dilahapnya. Rupanya memang lapar.

Opa bermaksud membawa anjing itu ke rumah untuk dirawat. Tapi bagaimana caranya ? Memegangnya, nanti digigit lagi. Dijerat, nanti mati atau dia marah. Merasa dirinya dianiaya lagi. Aku ingat, di rumah ada kandang kucing yang terbuat dari kawat. Salah satu dindingnya merangkap sebagai pintu yang dapat diangkat tutup. Bagaimana kalau pakai kandang itu saja Pak, saranku pada Opa. Beliau setuju.

Kami menambah makanannya. Ketika hewan malang itu tengah makan, Opa menyungkupnya dan menyerok dia

kedalam kandang lalu menutupnya. Maka dengan mudah dapatlah kami membawanya pulang. Sekujur tubuhnya terdapat luka-luka, budukan dan berbau. Lalat-lalat mulai berdatangan. Sangat memprihatinkan. Kurus, berbau dan tentu lapar        

Kami pikir, anjing ini mesti kami  mandikan. Caranya ? Dari sela-sela jeruji kandang itu Opa mengikatkan tali ke lehernya lalu ujungnya ditarik  ke dinding belakang kandang dan mengikatkannya. Dengan begitu kepala anjing menghadap kebelakang dan tak dapat berbalik. Kini pintu kandang dapat dibuka.    

Opa lalu mengambil seember air, memberi  larutan sabun mandi yang wangi kemudian memandikan anjing budukan itu.  Opa  menyikat sekujur tubuhnya melalui pintu kandang yang kini sudah dapat dibuka. Sesudah itu Opa membuka kran dan menyemprotnya dengan air.  Setelah itu seember air  yang dicampur dengan minyak tanah  disiramkan  untuk menghilangkan bau dan mengobati luka-lukanya.

Ternyata kesehatan si Buduk cepat pulih, Kami namakan dia Si Buduk karena memang waktu ditemukan sekujur tubuhnya budukan. Sekarang sudah tinggi besar bak anjing herder. Makin jinak dan makin besar.

Ketika mulutnya dibuka Opa, gigi-giginya sangat tajam seperti jarum. Maka untuk mengurangi bahaya bila suatu ketika ia lepas dan menggigit orang, maka ujung-ujung giginya ditumpulkan sedikit dengan kikir .             

  Mendengar suara anak-anak ia sangat marah.    Mungkin ingat waktu dilempar-lempari dulu. Ia kami tempatkan menjaga keamanan samping rumah yang bersebelahan dengan tanah kosong. Sekali seminggu Opaku membawa dia  berjalan-jalan keluar agar  tidak  terlalu jenuh

karena lama diikat. Bergantian dengan Nuvo dan Pluto, kedua anjing kami yang sudah ada sebelumnya. Dibawa keluar tak boleh bersamaan, karena ketiganya jantan, maka kalau bertemu cenderung berkelahi.  

Pluto  ini dahulu kami selamatkan ketika masih kecil.  Sekelompok anak-anak sedang  menusuk-nusuk dengan bambu anak anjing itu yang sedang  meringkuk ketakutan di bawah sebuah jembatan kecil sambil terkaing-kaing kesakitan.

Meski tubuhnya nampak besar dan kuat, namun pada suatu hari ia nampak jadi lemas. Makin lemah dan akhirnya nyawanya tak tertolong. Kata teman Opa,  mungkin ususnya luka-luka karena ada  tulang tajam tertelan waktu diberi makan.  Hewan jenis ini umumnya tidak begitu sabar mengunya makanannya sebelum ditelan. Karena itu  disarankan agar anjing peliharaan sebaiknya tidak diberi  lauk yang masih ada tulangnya. Mungkin juga.




No comments:

Contact Form

Name

Email *

Message *