Friday, May 1, 2020

Peristiwa paling mengesankan sebagai wartawan (4): “KALAU TAK KELUAR, SAYA YANG KELUAR”

Suatu waktu, aku mengajukan proposal kepada Pak Zulharmans selaku Direktur PT. Enam-Enam untuk mengaktifkan kembali kegiatan Unit Usaha Sixty Six Advertising Agency (SSAA). Target jangka pendekku adalah mengangkat kembali lokomotif unit usaha ini diatas relnya lalu menjalankannya dengan prinsip mulai dari mengusahakan pelangganan iklan kecil-kecil dan iklan mini/baris. Inilah sebagai modal dasar untuk kemudian ditingkatkan untuk mendapatkan klien-klien besar. Ini lebih realistis daripada seperti kebijakan rekan sebelumnya mau langsung menggarap pelanggan-pelanggan iklan besar. Karena lama berusaha tanpa hasil, akhirnya pegawai frustrasi dan kantor tutup. Pak Zul setuju dan malahan sekaligus menugaskanku sebagai Manager. Meski belum memiliki pengalaman, namun usaha ini tenyata dapat menjalan baik bahkan makin berkembang. Kami mulai memiliki pelanggan-pelanggan tetap, mulai dari usaha jual-beli mobil, perusahaan tekstil, konstrusksi, unit Pertamina, peralatan olah raga, instansi Pemerintah, perguruan tinggi dan sekali-sekali perusahaan asing. Seiring dengan itu aku dapat menambah staf satu sampai tiga orang. Di kalangan media, kepercayaan kepada SSAA pun kian baik. Kalau dahulu pada koran-koran terkemuka kami harus membayar dimuka untuk setiap pemasangan iklan, maka kemudian kami boleh membayar setelah pemuatan, bahkan dapat diberi tenggang waktu satu bulan. Bukan itu saja. SSAA bahkan juga diberi sertifikat tanda penghargaan. Pimpinan-pimpinan perusahaan ikut gembira melihat kecenderungan itu. Pak Zul mengakui, meski unit usaha kami kecil, tetapi kontribusinya bagi perusahaan cukup berarti. Suatu saat Pak Zul menegurku di depan para direksi supaya jangan sombong ketika aku menyebut kata “cuma” sewaktu menyebutkan suatu nilai transaksi yang baru dihasilkan. “Itu transaksi besar lho, bukan kecil”, katanya. Lalu kujelaskan bahwa sebelum itu sebenarnya sudah sering ada transaksi-transaksi yang lebih besar dari pada itu. Pak Zul adalah seorang pimpinan yang obyektif dan adil tanpa melihat muka orang, agama atau suku. Hampir semua suku bangsa yang ada di negeri ini pernah ada di bawah kepemimpinannya. Ia juga memberikan keleluasaan penuh kepada pimpinan bawahannya. Sekalipun terhadap keluarganya, kalau salah dikatakan salah dan yang benar dikatakan benar sekalipun itu orang lain. Terbukti ketika ia menitipkan kemanakan-kemanakannya untuk dibantu dan bekeja sebagai staf SSAA. Ia tekankan, sekalipun ia Direktur dan mereka kemanakannya, aku tak perlu ragu-ragu menegur bahkan memberhentikan mereka kalau melanggar. Salah seorang dari kemanakan itu pada suatu waktu tidak masuk bekerja selama tiga hari tanpa pemberitahuan. Para langganan mengadu melalui telepon karena order iklan-iklan mereka tak terlayani. Ketika pegawai bersangkutan ditanyai alasannya tidak masuk dan tidak memberi kabar, ia diam saja. Akhirnya ia menyahut, “Ini kan, perusahaan Oom saya”, katanya. Aku terdiam dan berpikir, ini tak dapat ditolerir lagi. Kalau dibiarkan ia akan tambah besar kepala dan aku akan kehilangan wibawa. Seorang pimpinan tanpa wibawa tak akan berhasil memimpin, dan karena itu lebih baik berhenti. Aku ingat pesan Pak Zul, lalu aku menjawab : “Oh, ini perusahaan Oom-kamu…… Sekarang, keluar !!!” Ia diam saja. Aku berdiri dan berkata lebih tegas “ Kamu keluar, atau aku yang keluar !” Akhirnya ia keluar dan pulang. Aku tak menginginkan hal ini terjadi tetapi apa boleh buat. Tidak ada pilihan lain. Beberapa hari kemudian, aku dipanggil. Disitu hadir juga beberapa anggota Direksi lainnya. “Bagaimana perkembangan usahamu ?” dia bertanya. “Baik, Bang Zul” jawabku sambil tetap berdiri. “Kalau nanti ditemukan yang kurang beres, bagaimana ?”. Karena yakin aku tidak melakukan kesalahan apapun, aku menjawab : “Bang Zul kan Direktur Utama. Terserah Bang Zul saja”. “Ya sudah.”, sambil tangannya memberi isyarat boleh keluar. Pak Fanany, yang ketika itu sudah menjadi kerabat keluarga Pak Zul memberitahukan bahwa masalah peme-catan itu memang telah dibicarakan dalam rapat keluarga, tetapi mereka dapat membenarkan tindakanku.***

No comments:

Contact Form

Name

Email *

Message *