Friday, May 1, 2020

Peristiwa paling mengesankan sebagai wartawan (7) GAMBAR JENAZAH YESUS DI RUANG TAMU HAJI ADAM MALIK

Tiba-tiba terdengar kabar ada rencana Bapak Haji Adam Malik Ketua MPR-RI - yang ketika itu sedang dicalonkan menjadi Wakil Presiden RI - akan menghidupkan kembali suratkabar Harian “Empat Lima” yang dulu tutup. Beliau akan duduk sebagai Penasehat dan Suhadi seorang perwira tinggi ABRI sebagai Pemimpin Umum. Pak Zulharman diminta menjadi Pemimpin Redaksi. Tentu saja Pak Zulharman menerima ajakan tokoh Pejuang 45 yang dihormati itu. Namun dengan satu usulan :Diberi wewenang sepenuhnya menentukan kebijaksanaan redaksional dan susunan personalianya. Dengan serta merta kami sisa-sisa karyawan Harian Kami direkrut kembali. Aku harus memilih ikut menjadi anggota Redaksi koran baru ini atau tetap menjadi Manager SSAA yang sudah mulai berkembang. Meski merasa sayang meninggalkan biro iklan yang telah kami rintis dengan susah payah, namun aku lebih memilih kembali ke lingkungan pers. Ancaman pembreidelan yang selalu menjadi momok karyawan pers, nampaknya kecil kemungkinannya. Bukankah Adam Malik, Ketua MPR menjadi Penasehatnya dan Pemimpin Umumnya seorang petinggi ABRI ! Nama surat kabar dengan logo berwarna bendera merah putih terikat pada bambu runcing di tengah dua kata Empat Lima, terasa memberikan semangat baru kepada kami. Kembali berbuat sesuatu untuk Bangsa dan Negara sesuai profesi kami melalui koran ini. Yang agak merisaukan adalah apakah kebebasan pemberitaan sesuai kode etik Persatuan Wartawan Indonesia dan Undang-undang Pokok Pers yang dahulu kami jadikan pedoman pada koran sebelumnya tetap dapat kami pedomani lagi. Penegasan itu kemudian kami peroleh ketika kami segenap Dewan Redaksi menemui Pak Adam Malik di rumah dinas di Jalan Iman Bonjol Menteng. Aku terheran-heran menyaksikan di ruang tamu tokoh nasional yang haji ini sebuah gambar besar jenazah Yesus Kristus tengah diturunkan ke dalam lubang batu. Terpampang di dinding dalam bentuk sulaman diatas kain beludru. Kupikir, inilah salah satu pencerminan jiwa beliau yang toleran. Inilah kesempatanku yang pertama bertemu beliau. Bekas pemuda pejuang 45, salah seorang pemuda yang berani menculik Bung Karno dan Bung Hata ke Rengasdengklok untuk memaksa mereka memprok-lamasikan kemerdekaan sesegera mungkin. Perjumpaan kedua dan terakhir adalah ketika kami mengadakan rapat di kantor PT. Inaltu, penerbit Harian Empat Lima di Pulogadung. Setelah itu beliau sudah sulit ditemui karena sudah dilantik menjadi Wakil Presiden. Kesan lain yang mengawali kegiatanku di koran baru ini adalah ketika kami mewawancarai Fransisco Lopez da Cruz toko pejuang integrasi Timor Timur ke dalam wilayah Republik Indonesia ketika itu, di salah satu tempat di Kebayoran Baru. Kelak tokoh ini menjadi salah satu Gubernur ketika wilayah itu masih menjadi bagian dari wilayah Indonesia. Apa yang dikhawatirkan sebelumnya benar-benar menjadi kenyataan. Setiap malam seorang mayor dari dinas intelijens datang mengamati bahan berita yang akan diterbitkan. Dan bila ada yang dianggapnya tidak layak, ia minta dicabut. Hal ini sering menimbulkan ketegangan karena kami tetap patuh pada kebijaksaan Pemimpin Redaksi. Kadang-kadang masih saja ada telepon yang minta agar berita ini itu tidak dimuat. Hal ini berdampak buruk pada kegairahan para wartawan mendapatkan berita yang bermutu. Logonya menceminkan semangat empat lima, tetapi berita-beritanya datar-datar saja. Tak heran kalau pemasarannya sulit. Akibat peredarannya yang kurang meluas menyebabkan para pemasang iklan juga enggan menggunakannya. Terjadinya pemborosan yang tidak berkaitan langgsung dengan usaha, tambah memperparah. Karena itu pada rapat terakhi, Drs. Thomas Suyatno sebagai Pemimpin Perusahaan terus terang melaporkan kondisi perusahaan yang terus-menerus merugi. Ekonom yang kelak menjadi Ketua Perbanas dan ketua Yayasan Pendidikan Atmajaya ini mengusulkan agar penerbitan Harian Empat Lima dihentikan saja untuk menghindarkan kerugian lebih besar. Pak Zul mendukug."Daripada menghabis-habiskan uangnya Pak Adam", katanya sehabis rapat. Dengan demikian kami terpaksa non aktif lagi dari profesi kewartawanan. Untung PT.Enam-Enam yang kami dirikan sebelumnya masih ada. Pak Zulharmans sebagai Direktur Utama menugaskan aku menangani Tata Usaha yang mencakup semua unit-unit usahanya., termasuk CSA (Cliping Service Agency) dan Biro Iklan CSAA. ***

No comments:

Contact Form

Name

Email *

Message *