Monday, May 25, 2020

Peristiwa paling mengesankan sebagai Wartawan : (13) DIBONCENG WARTAWAN YG KELAK JADI WAPRES

Dalam perjalanan jurnalistik tahun 1967 ke basis pertahanan Korps Komando Angkatan Laut (KKO) atau yang sekarang menjadi Korps Marinir di Kalimantan Barat, semasa transisi berakhirnya konfrontasi dengan Inggeris Malaysia, saya mampir menyaksikan kamp penampungan pengungsi Cina di Pontianak. Ketika itu entah karena persaingan ekonomi, terjadi kerusuhan etnis di pedalaman Kalimantan Barat. Ribuan warga Tionghoa atau disebut Cina saat itu mengungsi ke kota-kota termasuk Pontianak meminta perlindungan pada satua-satuan TNI dan Polri. Suatu malam, bersama dengan beberapa perwira kami duduk makan di sebuah restoran. Di sekitar pinggiran restoran itu nampak puluhan laki-laki, perempuan dan anak-anak duduk berjongkok dalam pakaian mereka yang lusuh dan kotor. Mereka menatapi kami seperti mereka mengharapkan apa saja dari kami. Entah sisa makanan, atau sekedar bantuan uang. Saya sedikit bereaksi, tetapi pimpinan rombongan kami meminta saya diam saja. Tergugah oleh pandangan yang menyedihkan itu, paginya saya telepon rekan Hamzah Haz yang ketika itu sebagai pemimpin Redaksi suratkabar KAMI Kalbar, apakah ia bisa menemaniku meninjau kamp pengungsi. Kerjasama kami seperti itu memang sudah biasa. Karena setelah suratkabar Harian KAMI Pusat berdiri, di daerah-daerah para mahasiwa yang tergabung dalam kesatuan aksi menentang kekuasaan Orde Lama menyusul pula menerbitkan media surat kabar daerah sendiri. Meski masing-masing independen, namun dari segi ideologi perjuangan sehaluan bahkan umumnya mereka juga menjadi kontributor berita untuk Harian KAMI Pusat. Dengan mengendarai sepeda motor Java, rekan Hamzah Haz menjemput saya di teras Univeritas Tanjung Pura almanaternya, di mana saya telah menunggu. Kami menyeberangi sebuah jembatan kayu yang panjang. Mungkin di atas sungai Kapuas sungai terpanjang di Indonesia ini. Kami tiba di sebuah barak dari kayu luas sekitar 50 x 25 meter. Beratap daun sagu dengan dinding yang tingginya tidak lebih dari satu meter. Dapat dibayangkan kalau hujan turun. Apalagi bila dengan angin kencang. Disitu nampak para pengungsi duduk berjejal, seperti orang duduk berjejal diatas truk. Kondisi mereka sangat menyedihkan. Badan kurus-kurus dengan pakaian compang-camping. Sepulang dari barak, saya minta tolong pada rekan yang kelak beruntung menjadi Wakil Presiden RI mendampingi Presiden Magawati Sukarnoputri ini - mengantarkan saya mewawancarai Gubernur Kalbar Ashari ketika itu sekitar masalah pengungsi. Tak lama setelah kondisi pengungsi menyedihkan itu kami laporkan di Harian KAMI, mulailah dilakukan penyaluran ke beberapa daerah diluar Kalbar. Diantara pengungsi Cina ex Pontianak ini awal tahun 2000-an ada satu keluarga yang kutemui secara kebetulan. Mereka sudah hidup mandiri. Satu keluarga lagi kutemui di Depok. Sudah mandiri dan mengaku ex.pengungsi Cina Pontianak. ***

No comments:

Contact Form

Name

Email *

Message *