Wednesday, November 5, 2014

ADA PALAGAN AMBARAWA, ADA PALAGAN PA’ANO


       Dari sejarah Perjuangan Kemerdekaan sudah banyak dikenal “Palagan Ambarawa”, yaitu peristiwa heroik ketika tahun 1945 pasukan TNI yang dipimpin Jenderal Sudirman berhasil membuat tentara Inggeris mundur lari kocar-kacir.

Tetapi banyak yang belum tahu kalau  ada satu suku kecil yang kemudian masuk menjadi bagian Kerajaan Mori sekitar abad 19, yaitu suku Bahono yang pernah juga membuat lari kocar-kacir pasukan penjajah.

Pada waktu itu, suku-suku bangsa yang berdiam di wilayah yang kini termasuk Kabupaten Morowali di Sulawesi Tengah, masih berdiam di perbentengan-perbentengan di pegunungan karena seringnya terjadi perang antar suku.

Ketika  Belanda mulai memperluas kekuasaannya di  Miden Celebes, dan berhasil mengalahkan Kerajaan Mori, mereka mulai pula berusaha menguasai Tanah Ture’a dimana bermukim suku Bahono. Suku bahono ini berdiam di dua lokasi perbentengan. Yang terbesar di Bahono dan lainnya  di Waawulo.

Nah, suatu waktu pihak Belanda menyampaikan maksud akan melakukan kunjungan damai ke Ue Lagasih Kepala Suku Bahono . Karena meraka berkata maksud damai, maka mereka akan diterima dengan baik.

Tetapi apa yang terjadi ? Pihak Belanda rupanya datang dengan membawa pasukan. Hal ini sempat menimbulkan ketegangan. Ketika Belanda mulai melepaskan tembakan-tembakan, Ue Lagasih memerintahkan kepala pasukannya Ue Lagale, yang juga iparnya melepaskan tembakan balasan. Tumpukan batu-batu besar yang sengaja disiapkan sebagai alat pertahanan di gulingkan dari atas ke bawah ke arah gerakan pasukan musuh itu.

Sementara itu tembakan-tembakan meriam yang berisi potongan-potongan besi dan sabut kelapa  berapi menyebabkan semak-belukar dikaki bukit terbakar. Semua itu membuat pasukan musuh panik dan lari kucar-kacir.  Dan sejak itu mereka tak pernah berani muncul lagi.

Baru kemudian, berkat bujukan  Marunduh, raja Mori suku Bahono bersedia turun gunung  dan membuat perkampungan baru di Lintumewure. Tetapi dengan syarat Ue Bahono tetap menjadi kepala Suku tetapi  dengan nama sebagai Kepala Kampung.

Karena itu wajarlah kalau orang Bahono generasi sekarang boleh bangga dengan keheroikan nenek moyang mereka dan senantiasa menjaga nama baik komunitas mereka dengan baik dimanapun mereka berada. ***

No comments:

Contact Form

Name

Email *

Message *