Sunday, September 28, 2014

ADU TAKTIK STRATEGI DALAM SIDANG DPR, TAPI SAYANG HAK RAKYAT JADI TARUHANNYA


       Menyaksikan proses pengambilan keputusan mengenai RUU Pilkada dalam Sidang DPR  tanggal 25 dan 26 September 2014 lalu ,  kita dapat melihat bagaimana  kelihaian dari masing-masing pihak yang saling bersaing dalam mengatur taktik dan strategi.

       Jelas, dari  hasil pertarungan taktik-strategi ini yang  paling diuntungkan adalah Kubu Merah Putih (KMP) yang  memenangkan pilihan Pilkada Tidak Langsung melalui DPRD dengan dimotori  Prabowo Subijanto dan  Amin Rais. Ini terlihat dari suasana  pertemuan mereka  seuasai  menuai kemenangan  dengan skor 236 : 135 itu.

       Sangat kontras ketika mereka dinyatakan  kalah oleh MK, mereka  nampak semua ceria, tertawa-tawa dan santai.   Amin Rais, yang menjelang  Pemilu Legislatif dahulu mengaku dalam sebuah wawancara ogah ikut mencalonkan diri lagi karena faktor usia,  akhir-akhir ini menjadi  nampak bersemangat lagi seperti para kader muda.

     Yang merasa dirugikan adalah  Kubu Koalisi Hebat (KKH) yang dimotori PDI Perjuangan yang didukung masyarakat luas. Sedang Partai Demokrat tidak jelas, apakah mereka merasa beruntung atau dirugikan. Tapi yang jelas SBY dan Partai Demokrat  dicerca dan dicaci-maki  mana-mana. Di dalam Negeri maupun di luar negeri.
         Partai Demokrat membela diri dan menyalahkan PDIP yang tak merespons 10 catatan opsi Partai Demokrat. Padahal seluruh rakyat  dari Sabang sampai Merauke yang ikut bergadang sampai lewat tengah malam mendengarkan langsung dukungan penuh PDIP, HANURA dan PKB atas opsi Demkorat dalam sidang. Mereka tidak tahu apa hasil bisik-bisik dalam lobi 4 jam. Yang mereka tahu yang paling otentik adalah apa yang disuarakan dalam sidang pleno. Lobi hanya satu alat untuk memperlancar pembahasan dalam sidang.

     Tidak  jelas siapa yang paling berperan dalam adu taktik-strategi ini, apakah SBY dengan Partai Demokratnya yang semula merasa PENTING, sebagai faktor penentu kemenangan dengan jumlah 148 kursi di DPR (lama) dalam usaha mencapai tujuan politiknya.

      Ataukah  barangkali KMP yang lebih lihay  yang malah mampu  memainkan  kartu  penentu Partai Demokrat itu sambil memanfaatkan kelemahan taktis strategi kelompok KKH.

      Hal ini bisa dimengerti dengan adanya  Amin Rais di sana.  Dahulu sebagai Ketua MPR ia mampu mengatur strategi yang  berhasil  menaikan Gus Dur sebagai Presiden dengan menempatkan  Ibu Mega Ketua Umum PDIP hanya menjadi RI 2. Padahal PDIP yang unggul dalam pemilu legislatif. Tapi dia juga yang kemudian menaikan Ibu Mega ke RI-1 dengan setelah melengserkan Gus Dur.

             Dalam hal taktik,, di kubu KMP  selain Letjen Prabowo Subijanto  yang mantan Pangkosrad dan  Danjen Kopasus, di sana juga banyak jendral-jendral purnawirawan bahkan mantan  Panglima TNI dan mantan Kepala Staf TNI. Jadi  ada ahli strategi, juga banyak  yang  ahli dalam mengatur taktik di lapangan..

       Kalau  hal ini terjadi  dalam pertempuran  merebut penguasaan wilayah kedaulatan dari  musuh,  sungguh dibanggakan. Tapi karena  yang menjadi taruhan dalam pertarungan di  DPR ini adalah hak rakyat  dalam memilih sendiri Pemimpinnya, maka  jadilah ia menjadilah  tontonan yang tidak elok.      



      Sebetulnya, kalau kubu PDIP  mau, mereka bisa menggagalkan pengambilan keputusan persetujuan RUU Pilkada tidak langsung ini dengan ikut meninggalkan sidang sehingga quorum tak lagi tercapai. Tetapi itu tidak dilakukan, karena hal itu bukan tindakan simpatik di mata rakyat.***

No comments:

Contact Form

Name

Email *

Message *