Monday, September 15, 2014

DANA PROYEK RAKYAT



       Kalau benar APBN 2015 produk DPR dan pemerintahan SBY telah mengunci  pembiayaan untuk pelaksanaan program Pemerintahan Jokowi-JK, maka ini berarti proses peralihan kekuasaan secara h elegan dari pemerintahan lama ke pemerintahan baru seperti yang sering ditonjol-tonjolkan oleh SBY, maka itu tidak lebih hanya omongan kosong. Mana kesinambungan anggarannya ?
      Nah, kalau memang sudah kepepet, maka jalan satu-satunya Jokowi-JK harus kembali lagi kepada para pendukungnya. Kalau DPR/DPRD tidak mendukung program yang merakyat, maka  DPR/DPRD jalanan yang terdiri dari ribuan organisasi relawan  Jokowi-JK yang masih tetap eksis harus siap-siap.
     Bahkan kalau perlu rakyat akan rela untuk sekali lagi  mau  berpartisipasi dalam pengumpulan dana program. Kalau untuk pemenangan Pilpres  saja mereka mau dan  dapat terkumpul miliyaran rupiah, masakan tidak akan mendukung program untuk rakyat yang riel.. Coba saja tawarkan, misalnya  “Dana Program Pembangkit Listrik”, “Dana Modernisasi Kapal Nelayan” dsbnya.
     Apalagi yang mau diharapkan dari pemerintahan yang sekarang akan segera berakhir ?        Malahan  sekarang mulai ada lagi akal muslihat untuk menciptakan produk hukum yang nantinya dapat digunakan mengganjal  program merakyat yang telah diagendakan pemerintahan Jokowi-JK. Diantaranya dengan cara Koalisi Merah Putih  mau menguasai  mayoritas  suara di DPR bahkan  belum cukup, masih mau menjegal lagi  peluang  Partai pendukung Jokowi-JK  sebagai pemenang Pemilu Pilpres  menjadi  Ketua DPR-RI dan DPRD.                                                                                            
         Padahal, sejak masa reformasi piimpinan  DPR  menurut tradisi  otomatis menjadi hak partai pemenang. Bahkan lebih ekstrim  lagi, sistim Pemilihan langsung oleh rakyat akan dicabut dan dikembalikan lagi ke DPR/DPRD. Mulai dari Pemerintah Daerah, dan agaknya nanti juga meningkat ke pemilihan Presiden.
       Sedangkan sudah bukan rahasia umum lagi, bahwa sesungguhnya sebagian terbesar dari dari  anggota-anggota DPR/DPRD kita yang terpilih dari masa ke masa tidak dikenal oleh rakyat. Karena kurang sosialisasi, rakyat pemilih asal coblos saja  gambar-gambar orang yang sesungguhnya tidak dikenal yang berada di bawah gambar partai  yang dikenalnya.
       Lalu, sekarang “orang-orang tidak dikenal” itu akan memilihkan  “orang tidak dikenal” pula untuk menjadi pemimpinnya. Sudan tidak kenal “pemimpin”nya, tidak tahu apa yang akan dikerjakannya, apalagi tahu alasan “orang-orang tidak dikenal” di DPR/DPRD itu sehingga memilihnya. Yang selama ini sering dikemukakan, adalah  adanya transaksi-transaksi kepentingan antara kedua pihak. Jadi, sistim yang terbaik dan lebih demokratis bagi rakyat dalam memilih pemimpinnya adalah  dengan sistim pemilihan langsung.. ***        

No comments:

Contact Form

Name

Email *

Message *