Tuesday, February 23, 2010

BUYA HAMKA MENGELUS KEPALA ANJING ?

Buya Hamka mengelus kepala anjing ? Ya, benar. Peristiwa mencegangkan ini benar-benar terjadi ketika pada suatu hari tokoh ulama terkemuka ini berkunjung ke Redaksi Harian "Empat Lima" di Jalan Kramat VIII No.2 (sekarang telah dibongkar dan dibangun menjadi bagian belakang Kantor PBNU).

Duduk di samping jendela terbuka sambil berbincang-bincang dengan Redaktur A. Makmur Makka (kelak menjadi Humas BPPT), tiba-tiba anjing kecil milik mantan Pemimpin Redaksi Harian Kami Bpk. Nono Anwar Makarim yang tinggal di paviliun kantor kami, mengangkat kedua tangannya ke jendela, melongokkan kepalanya sambil menggerak-gerakan ekor dan suaranya seperti bermanja-manja.

Makmur Makka yang nampak kaget, mau bangkit mengusir mahluk manja itu. Tetapi...., Ketua MUI pertama dan Rektor Universitas Al Azhar Kebayoran itu, malah mengulurkan tangannya dan mengusap-usap kepala anjing itu. Ha.......?? Kami yang di kamar semua terheran-heran. " Bukankah itu haram, Buya ? ", tanya Makmur sementara Buya hanya tenang-tenang saja dengan senyumnya yang khas. Lalu beliau menuturkan berbagai ayat dan pendapat para ulama mengenai dunia hewan, khususnya anjing. "Nanti 'kan bisa disucikan dengan tanah sampai tujuh kali", katanya kemudian.

Ya, memang tidak heran, meskipun sekolah formal almarhum hanya sampai kelas 2 Sekolah Dasar di Maninjau, tapi karyanya saja menurut data Wikipedia sampai 68 buah. Dengan otodidak serta bimbingan berbagai tokoh terkemuka serta banyak membaca, kemudian beliau mencapai tingkat pengetahuan yang sangat luas. Bukan saja di bidang keagamaan, tapi juga budaya, jurnalistik, filsafat, politik dan pendidikan.

Beliau mendapat gelar Honouris Causa dari Universitas Al Azhar Kairo, Universitas Kebangsaan Malaysia dan Universitas Mustopo Jakarta. Dia juga bahkan pernah menjadi Rektor di beberapa Perguruan Tinggi. Bekas pejuang gerilya di jaman kolonial ini juga mendapat gelar dari tokoh-tokoh masyarakat sebagai "Datuk Indono" dan "Prince Wiroguno".

Siapa tak kenal bukunya "Tenggelamnya Kapal van Der Wijck". " Di bawah Lindungan Kaabah", dua dari sekian novelnya yang terkenal ? Tahun 1932 ia telah menerbitkan Majalah "Tentera".

1 comment:

Chudex's said...

wah.., saya tidak tahu jika Buya memiliki anjing
namun memang culture diMinang banyak kaum bapak2 tersebut memiliki anjing
dan tidak ketinggalan para datuk-datuk yang sangat didahulukan selangkah oleh masyarakatnya

Contact Form

Name

Email *

Message *