Tuesday, February 2, 2010

TANTANGAN ( 4.2 )

Beberapa hari berikutnya aku ke Universitas Indonesia Salemba untuk mendaftarkan diri. Tetapi alangkah kecewanya. Pendaftaran, untuk semua jurusan telah ditutup. Sedangkan tempat Akademi Penerbangan di Curug belum kuketahui secara tepat. Kakak agaknya sedang dalam istrahat cuti sakit sehingga tidak dapat membantu.

Terpaksa menganggur selama beberapa minggu. Tinggal di rumah selama itu tanpa ada yang dikerjakan sungguh membosankan. Untunglah ada koran yang terbit setiap hari sehingga cukup mengurangi kejenuhan. Pagi hari Harian Pelopor, sore harian Sinar Harapan dan ada pula Majalah Jaya yang diterbitkan pemerintah Swapraja Jakarta.

Lama-kelamaan timbul niat untuk bekerja saja. Tapi kakak sepupuku selalu menasehati supaya sabar. Jangan terburu nafsu. “Nafsu besar, tenaga kurang”, begitu selalu ia mengatakan. Tetapi ia tidak dapat memberikan satu jalan keluar. Aku sendiri mulai merasa tidak enak hati karena menjadi beban mereka. Apalagi saat itu sedang terjadi krisis pangan. Beras langka, orang-orang sudah mulai makan bulgur. Konon kabarnya, di Amerika barang ini menjadi makanan kuda. Padahal di kampung, nasi yang biasa kami makan beras pilihan dari hasil ladang. Beras hasil sawah jarang dimakan dan dikhususkan untuk dijual.***

                               

No comments:

Contact Form

Name

Email *

Message *