Monday, October 6, 2014

DICARI SALOMO-SALOMO UNTUK MENCARI SOLUSI POLITIK



     Salomo atau Nabi Sulaeman, pasti dikenal oleh semua pemeluk agama Yahudi, Islam dan Kristen. Alkitab menyaksikan Salomo, putra raja Daud ini sebagai orang yang paling berhikmat dalam sepanjang sejarah umat manusia. Baik yang ada sebelumnya, maupun di masa depan, tak akan ada yang menyamainya.
      Umat Islam antara lain mengenal  Salomo yang dapat mengerti bahasa binatang. Sedang umat Kristen dan Yahudi  banyak mengenalnya, selain yang diperkenankan Tuhan mendirikan Bait Suci di Yerusalem, juga dari  caranya  mengambi solusi dalam suatu peristiwa pelik. Demikian juga dari kumpulan amsal-amsalnya yang memberikan berbagai nasehat praktis. Padahal ia masih sangat muda. Pelantikannya saja serba terburu-buru ketika ada usaha perebutan kekuasaan oleh kakak sulungnya, Adonia.

        Kelihaiannya itu nampak ketika dua orang ibu mengadukan perkara mereka untuk mendapat penyelesaian raja. Kedua ibu tanpa suami ini masing-masing baru melahirkan seorang anak.

       Pada waktu tidur salah satu dari anak bayi  dari kedua perempuan itu terhimpit oleh ibunya sehingga meninggal dunia. Ketika tahu, ia bangun  dan mengambil anak temannya yang masih hidup ke pangkuannya sedang  anaknya yang sudah mati  dibaringkannya ke pangkuan ibu dari anak yang masih hidup itu selagi masih tertidur.

      Pagi hari ibu anak yang masih hidup itu memperhatikan bayi di pembaringannya  sudah mati dan mendapati tidak mempunyai ciri-ciri seperti bayi yang dilahirkannya.  Sebaliknya bayi yang ditangan temannya itu memiliki  ciri-ciri bayinya.  Maka untuk menyesaikannya mereka minta raja dapat memberikan penyelesaian.

        Ketika kedua perempuan itu bertengkar di depan raja, Raja Salomo memerintahkan Kepala Pengawalnya mengambil pedang. Ia akan memotong menjadi dua bayi yang masih hidup itu  lalu keduanya masing-masing  akan mendapatkan sepotong.

       Perempuan yang anaknya mati setuju, tetapi  ibu yang satu lagi memohon-mohon dengan sangat agar  bayi itu tidak dikorbankan dan merelakannya  diserahkan kepada temannya daripada dibunuh.

      Dari jawaban kedua perempuan itu, Raja berkeyakinan ibu yang sesungguhnya dari bayi yang masih hidup itu adalah ibu yang tidak menghendaki  anak itu dibunuh. Maka raja pun memerintahkan agar bayi itu dikembalikan kepadanya.

      Belajar dari kisah di atas, dalam suasana  perpolitikan yang kini memanas di Tanah Air, dibutuhkan adanya penyesaian yang adil dari orang-orang bijaksana dan tidak punya kepentingan. Ada dua kubu politik, kubu Prabowo dan kubu Indonesia Hebat, yang memperebutkan kursi  Ketua lembaga-lembaga negara, terutama MPR. Diantara kedua  kubu kepentingan ini, rakyatlah yang menjadi taruhan, ibarat anak bayi dalam kisah di atas.

          Penyerahan  nasib rakyat ke tangan orang-orang yang tidak benar akan menyengsarakan rakyat. Karena untuk kepentingan mereka, hak-hak rakyat dengan mudahnya dapat mereka korbankan.

     Mungkin tokoh-tokoh agama melalui  wadah komunukasi antar agama, - Asosiasi antar Perguruan Tinggi yang dapat memberi solusi secara intelektual dan adil karena tidak mempunyai kepentingan langsung.  Kita ingat, dahulu juga Presiden Suharto akhirnya  menyatakan berhenti setelah berkonsultasi dengan  para Ulama.***

No comments:

Contact Form

Name

Email *

Message *