Monday, October 6, 2014

PAMER BOLEH, TAPI MENGAPA KECOLONGAN TERUS... ??



      Dalam perayaan Hari Ulang Tahun TNI Oktober 2014 ini akan dilaksanakan pamer kekuatan tempur TNI dengan jumlah spetakuler yang akan melibatkan  239 pesawat  tempur, 42 kapal Perang, 149 kendaraan tempur dan  ribuan personil dari  Angkatan Darat, Laut dan Udara.

      Siapa yang tak kan bangga. Masa kejayaan  Angkatan Bersenjata RI  tahun 60-an sangat disegani sebagai  yang dianggap terkuat di Asia Tenggara mungkin akan terulang. Sampai-sampai  Inggeris-Amerika dan sekutunya  membentuk  pakta pertahanan SEATO ( South East Treaty Organization)  yang mengepung Indonesia dari Selatan di Lautan Hindia  sampai Timur di Lautan Pasifik, karena waktu itu Indonesia sedang menentang pembentukan negara Malaysia yang didukung Inggeris.  Faktanya setelah konfrontasi dengan Malaysia berakhir, pakta pertahanan itu dibubarkan.

       Hanya yang menjadi pertanyaan sekarang, kalau kekuatan TNI makin besar dan canggih, mengapa sering terjadi kecolongan dengan penggerogotan wilayah kedaulatan RI di perbatasan. Sering diberitakan, patok-patok perbatasan di darat dipindahkan, - dan yang terakhir pemancangan tiang pancang oleh Malaysia dalam wilayah perbatasan RI di Tanjung Datu Kalimantan Barat.

        Yang pertama mengetahui dan melaporkan , bukan aparat  TNI-AL yang bertanggung jawab soal  pertahanan laut, tetapi kapal patroli Kementerian Perhubungan. Tindakan aparat  TNI-AL atas informasi itu baru terbatas melaporkan ke atasan. Tindak lanjutnya tidak ada. Tiang pancang itu tetap berdiri angkuh di depan hidung rakyat Kalimantan dan para aparat pertahanan negeri ini. Kalau tidak berani langsung menubruk tiang itu dengan kapal perang, mengapa tidak melalui operasi bawah permukaan laut. Bukankah kita memiliki pasukan para amphibi yang handal ?? Kalau tidak  berani berhadapan secara terbuka, pasti  akan banyak  putra-putri negeri ini menjadi sukarelawan tak dikenal  dan mau menyelam,  membobol  tiang-tiang pancang  yang merupakan penghinaan bangsa itu cukup dalam waktu semalam.

     Janganlah demontrasi kekuatan di Surabaya yang akan menghabiskan uang miliyaran rupiah itu, apalagi ditengah masih banyaknya kaum miskin, hanya sekedar membuat citra. Sungguh menggelikan, bahwa pada flypass pesawat-pesawat tempur  TNI-AU  pada peringatan HUT Proklamasi tanggal 17 Agustus 2014 yang lalu, ada seruan ucapan terima kasih kepada SBY. Terkesan  ABS. Bukankah mestinya ucapan terima kasih disampaikan kepada Rakyat Indonesia yang telah membayar pajak untuk pembelian pesawat-pesawat itu ?? Mudah-mudahan hal serupa tidak terulang  lagi pada acara di Surabaya itu.

       Hal lain yang aneh, adalah ketika  Panglima TNI mengangkat beberapa kongklomerat menjadi “penasehat” nya.  Alasannya untuk memperbaiki kesejahteraan prajurit. Hal ini sempat menimbulkan ketersinggungan institusional, seakan-akan negara melalaikan tanggungjawabnya kepada para prajurit.

       Apakah sekarang kita mengikuti pola pembangunan AB negara Vietnam yang komunis, yang lebih memodernisasi  peralatan perangnya, namun kurang memperhatikan kesejahteraan prajurit mereka ?

       Meskipun maksud  Pangab Moeldoko untuk meningkatkan kesejahteraan prajurit, namun sebaiknya penunjukan penasehat dari para kongklomerat itu diurungkan. Karena sangat potensial untuk disalahgunakan. Apalagi, Pangab sendiri beberapa waktu lalu sempat dihebohkan dengan jam tangannya yang super mahal. ***

No comments:

Contact Form

Name

Email *

Message *