Wednesday, October 15, 2014

LEBJH PAHAM RIMBA RAYA SULAWESI, LIBATKAN GPST KEJAR TERORIS POSO !!



 Hutan rimba yang  menutupi  deretan pegunungan, lembah, tebing-tebing dan sungai-sungai besar pulau Sulawesi , merupakan medan yang ideal bagi  aktivitas kegiatan bawah tanah.
       Maka tak usah heran kalau  gerombolan  Kahar Muzakar dulu dapat bertahan puluhan tahun sebelum pada akhirnya dapat  ditumpas melalui operasi gabungan besar-besaran.
        Dan akhir-akhir ini nampaknya  para teroris telah pula berencana untuk menjadikan wilayah ini  kelak menjadi basis mereka. Hal ini  terlihat dengan ditemukannya pelatihan mereka beberapa waktu lalu, penembakan pos-pos polisi serta aksi-aksi teror lainnya.
       Dalam keadaan demikian  ini,  nampaknya aparat keamanan dan ketertiban selama ini hanya bekerja sendiri. Tidak melibatkan masyarakat setempat. Padahal di sana  banyak putera-putera Daerah  yang  dapat diandalkan.
       Terbukti, ketika  di penghujung tahun 50-an pemberontak  Permesta menduduki  wilayah  Sulawesi Tengah,  mereka  dapat dipaksa angkat kaki  dari sana sebelum tentara Pusat (TNI)  muncul karena lagi sibuk dengan operasi-operasi milter di Sulawesi Selatan.
       Mereka tidak nyaman di sana, karena terus-menerus diserang dan dihadang  pasukan   GPST (Gerakan Pemuda Sulawesi Tengah)  yang mulai bangkit  masuk hutan dan  berjuang  melawan mereka.      Para putra daerah yang memilih tetap setia pada  NKRI ini,  harus mengisi kekosongan  pengamanan. Tentara,  yang semula sebagai TNI, kini  malah telah berbalik menjadi pendukung pemberontak, sedangkan  kepolisian  negara nampaknya  tak berdaya.
      Disamping berhadapan dengan  pasukan Permesta, anak-anak Sulawesi Tengah ini pada saat yang sama juga harus  menahan  arus mundur   sisa-sisa pasukan  pemberontak TII yang terdesak akibat operasi TNI dari Sulawesi Selatan. Jadi, lahirnya GPST sebetulnya  lebih bersifat untuk mempertahankan diri.
      Hanya disayangkan,  kemudian pecah konflik antara anak-anak Sulawesi Tengah ini dengan pihak TNI dan Brimob.  Yang terakhir ini  agak  segan berhadapan  di hutan-hutan, karena biasanya sehabis operasi mereka  terpaksa pulang dengan membawa rekan mereka yang jatuh korban  karena  GPST lebih menguasai medan. Konflik  berawal ketika  tuntutan mereka untuk diresmikan menjadi Devisi tersendiri ditolak Pemerintah Pusat.
     Puncaknya terjadi ketika  9 orang  tokoh-tokoh Daerah  dibunuh   secara brutal  di luar kota Poso oleh satuan-satuan dari Batalion 502 Brawijaya. Para korban kini disemayamkan di Taman Pahlawan Kusuma Bangsa, Kawua Poso. Sampai dimana penyelesaian hukum atas para pelaku kasus ini  hingga kini tidak diketahui.
      Malam hari sebelum  pasukan pelaku digantikan, para korban diambil paksa dari  tahanan, dinaikkan di atas truk di bawah terpal. Mereka beralasan, para tahanan akan dibawa bersama mereka ke Jakarta  untuk diadili di sana. Tetapi nyatanya  mereka dibawa ke arah  Tentena dan kemudian diberondong  masuk jurang 22 km dari Poso.
       Untunglah ketegangan yang meliputi  kota Poso akibat peristiwa ini  segera dapat diselesaikan dengan datangnya  satuan-satuan pengganti  dari Batalion 508  Divisi yang sama. Oleh pendekatan mereka yang lebih manusiawi ,  disertai  dukungan  pemerintah sipil setempat yang terus-menerus menyerukan  lewat pengeras suara agar  rakyat  dapat membedakan antara kedua batalion ini, rupanya  cukup mampu meredahkan  kemarahan  rakyat.
        Bahkan  pasukan-pasukan  Bn.508 ini kemudian berbaur dengan anggota-anggota GPST dan rakyat  bergotong-royong mengevakuasi  para korban  serta menyelenggarakan pemakaman mereka secara layak.
        Dari  peran sejarah pemuda-pemuda yang tergabung dalam Gerakan Pemuda Sulawesi Tengah di atas, menunjukkan  pemuda-pemuda Sulawesi Tengah sebetulnya  memiliki kemampuan untuk membela dan melindungi diri mereka sendiri apabila diberi  kesempatan dan peran.  Apalagi  hanya menghadapi gerombolan teroris bersenjata.
       Pasukan  reguler  pemberontak  Permesta saja, - yang memiliki persenjataan baru  asal Taiwan yang didukung  Amerika, - sanggup mereka  kalahkan.   Sebagian dari para komandan GPST dahulu  kini masih ada. Mungkin  mereka  dapat  direkrut kembali sebagai penasehat  bila  GPST diaktifkan lagi. ***

No comments:

Contact Form

Name

Email *

Message *